1. Definisi
Pediculosis merupakan penyakit kulit menular yang diakibatkan infestasi Pediculus (tuma), yakni kutu yang hidup sebagai parasit dan menghisap darah manusia. Ada tiga tipe dari Pediculosis:
- Pediculosis kapitis (head louse = kutu kepala)
Merupakan jenis pediculosis yang diakibatkan dari infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut Pediculus humanus capitis pada kulit kepala. Penyakit ini biasanya sering terjadi pada anak-anak, hal ini karena anak-anak kurang dapat menjaga kebersihan kulit kepala, atau dapat secara kasarnya dikatakan bahwa anak-anak jarang keramas, padahal anak-anak lebih banyak bergerak sehingga menyebabkan kulit kepala menjadi berminyak, kotor, lembab, dan hal tersebut merupakan habitat yang cocok untuk Pediculus humanus capitis. Biasanya anak-anak yang sudah tertular penyakit ini, akan langsung merasa gatal akibat gigitan dari kutu tersebut. Untuk mendeteksi adanya kutu ini, yaitu jika ditemukan telur (nits) pada kulit kepala atau menempel melekat erat pada rambut. Biasanya perlu 10 hari nits tersebut dapat menetas menjadi kutu muda, dan maturasinya dalam tempo 2 minggu.
- Pediculosis korporis (body louse = kutu tubuh)
Pediculosis yang disebabkan oleh adanya infestasi kutu Pediculus humanus corporis pada badan. Sering terjadi pada orang yang jarang mandi atau yang hidup dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah mengganti bajunya. Efek yang dapat ditimbulkan adalah rasa gatal pada tubuh, akibat dari gigitan Pediculus corporis. Jenis spesies ini sering di temukan pada lipatan atau jahitan bagian dalam baju, seprei, celana dalam,dll.
- Pediculosis pubis (pubis louse = kutu kelamin)
Pediculosis pubis merupakan infestasi kutu Pthirus pubis yang umumnya ditemukan pada rambut pubis, daerah genitalia, tetapi kadang dapat ditemukan di alis, bulu mata, dan rambut aksila. Penyakit ini termasuk dalam Penyakit Menular Seksual. Secara umum Pediculosis pubis ditularkan melalui kontak fisik secara erat, biasanya pada saat berhubungan seks, juga dapat ditularkan melalui barang-barang yang dipakai bersama misalnya; handuk, seprei, pakaian, karpet,dll.
2.Etiologi
Etiologi dari Pediculosis berbeda dari setiap tipenya, sebab perbedaan tipe pediculosis juga disebabkan oleh spesies Pediculus yang berbeda:
- Pediculosis Capitis
Infestasi dari Pediculus Humanus Capitis. Jenis kutu ini berukuran antara 1-3 mm. Jenis betina biasanya lebih besar daripada jantan, berwarna putih, abu-abu, kecoklatan, ada juga yang berwarna lebh gelap. Kutu ini menginfestasi bagian kepala terutama di bagian belakang telinga dan bagian belakang kepala berbatasan dengan leher. Pediculus betina biasanya menempelkan telur-telurnya yang disebut nits dengan erat. Nits berbentuk oval, berwarna putih kekuningan, bening, dan transparan. Jumlah nits yang diletakkan oleh seeokr betina dapat mencapai 150 butir, kemudian mereka akan menjadi nimfa sesudah 3-10 hari (menurut Harwood & James, 1979); 7-11 hari (menurut Weems & Fasulo, 1999). Nimfa akan mengalami tiga kali pengupasan kulit yang disebut moulting. Siklus hidup dari telur hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu berkisar 3 minggu dan lama hidup sebagai parasit dapat mencapai 30-40 hari.
- Pediculosis Corporis
Infestasi dari Pediculus Humanus Corporis. dalam literatur lama spesies ini dikenal dengan nama Pediculus Humanus Humanus. Spesies ini paling umum ditemukan dan sudah menjadi vektor bagi beberapa penyakit mematikan berabad-abad lamanya. Bersifat kosmopolit, dapat dengan mudah tersebar melalui pakaian, seprei, bantal, handuk, atau kontak langsung antara orang dengan orang. Kutu ini biasanya bersembunyi di sela-sela pakaian seperti di antara jahitan, celana dalam,dll. Telur diletakkan pada kelim atau pelipit (seam) pakaian atau kadang-kadang pada rambut tubuh. Kutu betina dapat meletakkan telurnya hingga 300 butir, tetapi biasanya hanya antara 50-150 butir selama hidupnya (menurut Harwood & James, 1979). Masa inkubasi telur bervariasi antara 5-7 hari tergantung suhu.
- Pediculosis Pubis
Infestasi dari Pthirus Pubis, sering disebut pubic louse atau crab louse karena bentuknya seperti kepiting dimana tungkai tengah dan belakang berukuran besar dan kuat dengan kuku depan yang besar. Namun jenis kutu ini berukuran lebih pendek daripada Pediculus Humanus, yaitu hanya berukuran panjang 1,5 - 2,0 mm, berwarna putih, abu-abu, kecoklatan muda/tua, berbentuk oval, serta memiliki abdomen yang lebih kecil daripada kutu-kutu yang lain, memiliki tiga pasang kaki dengan ujung seperti cakar yang digunakan untuk mencengkeram rambut, dan kepalanya dimasukkan ke dalam folikel.
Pthirus pubis mengalami 5 siklus hidup yang berlangsung selama 25 hari, terdiri dari stadium telur, 3 stadium nimfa dan bentuk dewasa. Telur berbentuk bulat oval, memiliki operkulum dan melekat erat pada dasar rambut oleh lapisan kitin. Dengan pertumbuhan rambut, telur akan menjauhi kulit sehingga dapat diperkirakan lamanya infestasi.setelah 5-10 hari telur akan menjadi nimfa, turun ke dasar rambut kemudian setelah dewasa akan menghisap darah manusia. Telur yang sudah kosong berwarna putih dan mudah terlihat. Bila tidak menghisap darah pejamu, kutu jarang hidup dalam 24 jam.
3. Epidemiologi
- Pediculosis Capitis
Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi pada usia sekitar 3 – 12 tahun. Pedikulosis kapitis lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pria.
Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun dapat juga melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang dipakai secara bergantian. Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang panjang pada wanita. Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan yang padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik (misalnya jarang membersihkan rambut). Cara penula-rannya melalui peratntara, misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal. Lebih banyak terjadi di kaum perempuan.
Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun dapat juga melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang dipakai secara bergantian. Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang panjang pada wanita. Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan yang padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik (misalnya jarang membersihkan rambut). Cara penula-rannya melalui peratntara, misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal. Lebih banyak terjadi di kaum perempuan.
- Pediculosis Corporis
Penyakit ini sering terjadi pada daerah yang mengalami kemiskinan, dalam keadaan perang. Penyakit ini lebih menyerang dewasa terutama pada orang dengan hygiene buruk, misalnya pengembala karena mereka jarang mandi dan jarang mengganti dan mencuci pakaian, karena itu penyakit ini sering disebut Vagabond. Pada saat masa Perang Dunia II sebelum 1970, penyakit ini disertai dengan komplikasi Epidemic Typhus yang endemik diseluruh Eropa, Rusia, dan Polandia, bahkan 2-3 juta orang Rusia meninggal karena penyakit tersebut.
Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah. Penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai baju tebal dan baju jarang dicuci.
- Pediculosis Pubis
Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Seringnya penyakit ini menyerang PSK yang mennyalahgunakan hubungan seksual, namun tidak mengerti apakah pasangannya terinfestasi kutu pubis ini. Kutu jenis ini dapat juga menyerang daerah lain yang berambut, misalnya jenggot, kumis, bulu mata. Infeksi juga terjadi pada anak-anak di daerah alis dan bulu mata dan pada tepi batas rambut kepala.
4. Patofisiologi
- Pediculosis Capitis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk rmenghilangkan rasa gatal. Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu dewasa menyimpan kotorannya di kulit kepala, yang akan menyebabkan timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.
- Pediculosis Corporis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan gatal. Gatal ditimbulkan oleh liur dan eksreta kutu yang dikeluarkan ke kulit sewaktu menghisap darah.
- Pediculosis Pubis
Kutu menyukai daerah tubuh yang memiliki kelenjar apokrin, misalnya pubis, anogenital, aksila; tetapi dapat juga ditemukan pada daerah dada dan perut yang berbulu lebat. Biasanya lesi primer akibat gigitan kutu tidak begitu jelas terlihat, tetapi menimbulkan rasa gatal yang sangat hebat terutama pada malam hari. Pruritus biasanya timbul 30 hari setelah pajanan awal. Akibat garukan terjadi eritem, iritasi, dan infeksi sekunder. Kadang-kadang pada tempat gigitan teradapat maculae cerulae, berupa bercak berdiameter kurang dari 1 cm, berwarna kebiruan dan tidak gatal serta menghilang pada pemeriksaan diaskopi. Makula ini terdapat di daerah dada, abdomen, dan paha atas; akan hilang setelah beberapa hari diduga akibat produk yang dihasilkan oleh kelenjar liur kutu. Pada anak-anak infestasi dapat mengenai bulu mata, biasanya ditularkan oleh ibunya sehingga terjadi blefaritis diertai krusta. Hal ini jarang dijumpai pada penderita dewasa.
5. Tanda dan Gejala
- Pediculosis Capitis
Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai dari yang ringan sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi. Lesi papul yang gatal biasanya terdapat pada daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher, akibat garukan pada kulit kepala akan terjadi erosi, ekskoriasi, infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pus dan krusta. Bila ada infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Dan dalam keadaan ini pula menyebabkan terjadinya abses dan mengakibatkan bau busuk.
- Pediculosis Corporis
Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas garukan pada badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan yang intens. Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. Daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam ( yaitu , leher, badan dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan di temapt ini, kutu merekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titk pendarahan yang kecil dan khas. Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher. Di antara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang paralel dan ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
- Pediculosis Pubis
Gejala yang dominan yaitu gatal-gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal dapat meluas sampai ke daerah abdomen dan dada, yang ditemukan bercak-bercak yang berwarna abu-abu kebiruan yang disebut macula serulae. Walaupun kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjang, kutu ini sulit dilepaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut. Gejala lainnya adalah Black dot, yaitu bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna cerah (atau putih) setelah bangun tidur. Bercak ini merupakan krusta darah yang disalahartikan sebagai humaturia. Kadang disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
6. Penularan
- Pediculosis Capitis
E Dapat melalui kontak langsung secara fisik
Misalnya: pada saat kepala orang yang ter-infestasi kutu ini menempel pada kepala orang yang sehat.
E Melalui kontak tidak langsung
Dapat melalui sisir, pakaian, topi, wig, seprei, bantal, dan perangkat kepala lainnya.
- Pediculosis Corporis
E Dapat melalui kontak langsung secara fisik
Misalnya: pada saat sentuhan tubuh secara langsung.
E Melalui kontak tidak langsung
Dapat melalui pakaian, seprei, bantal, dan perangkat tubuh lainnya.
- Pediculosis Pubis
E Dapat melalui kontak langsung secara fisik
Misalnya: melaui sentuhan langsung antar genital, hubungan seksual.
E Melalui kontak tidak langsung
Dapat melalui pakaian, dan pakaian dalam.
7. Komplikasi
- Pediculosis Capitis
Rasa gatal yang hebat dan garukan yang diupayakan dapat menghilangkan rasa gatal tersebut sering menimbulkan infeksi sekunder yang disertai penyakit kulit lainnya, misalnya; impetigo, furunkulosis, koreng. Dan dari akibat komplikasi tersebut bahkan dapat menimbulkan bau busuk pada kepala dan kerontokan rambut regional sehingga menimbulkan kebotakan yang disertai erosi pada kulit kepala.
- Pediculosis Corporis
Garukan yang intensif, khususnya pada badan serta leher yang diakibatkan dari rasa gatal yang sangat hebat, menyebabkan lesi sekunder. Diantara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang paralel dan ekzema dengan derajat ringan. Namun pada kasus yang menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering, dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap. Pada keadaan kemiskinan urban, body louse paling sering berperan sebagai vektor Bartonella Quintana (typhus dan demam parit) yang dapat menyebabkan demam atau endokarditis. Penularan dapat terjadi saat pelet fekal yang terkontaminasi mengenai tempat gigitan atau kulit yang terekskoriasi.
Pada komplikasinya pediculus corporis dapat juga menjadi vektor Spirochete Borrelia recurrentis dengan tifus epidemik, menyebabkan pecahnya kulit yang ditandai dengan bintik berwarna gelap pada kulit (rash) terlihat antara hari ke-5 dan ke-6, berawal dari bagian tubuh atas punggung yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh, kecuali bagia wajah, permukaan tangan, dan tungkai. Kasus kematian antara 1-20% meskipun dapat mencapai 60%.
Untuk lebih lanjut komplikasi ini dapat menyebabkan gejala lain, misalnya; delirium,
fotofobia, sakit mata, hilangnya pendengaran, tekanan darah rendah, renal insifficiency pneumonia, uremia yang akhirnya membawa kematian penderita.
- Pediculosis Pubis
Akibat garukan pada lesi pruritik akan terjadi eritem, iritasi, ekskoriasi, dan menimbulkan infeksi sekunder. Jika sudah menahun, lesi akan mengalami infeksi yang dapat disertai penyakit menular lain misalnya; gonore, kandidiasis, sifilis. Hingga komplikasi tersebut dapat meninggalkan kecacatan pada organ yang menjadi manifestasi kutu ini, hingga terjadi kematian jiak tidak ada tindak lanjut.
8. Faktor Resiko
- Pediculosis Capitis
1) Bergantian sisir.
2) Saling meminjam pakaian.
3) Pada anak-anak – berkemah, saling meminjam topi.
4) Pada dewasa – berbagi handuk, meminjam wig.
- Pediculosis Corporis
1) Berbagi pakaian.
2) Jarang mandi.
3) Tidak mengganti atau mencuci baju.
4) Pemukiman kumuh.
5) Perang militer.
6) Tempat pengungsian.
- Pediculosis Pubis
1) Hubungan seksual.
2) Berbagi pakaian dalam.
3) Jarang mandi.
4) Jarang mengganti dan mencuci celana dalam.
5) Tempat lokalisasi.
9. Diagnosa klinis
1) Pediculosis Capitis
Caranya dengan menemukan kutu atau telur. Telur berwarna abu-abu dan mengkilat. Juga digunakan sinar Wood yang akan menampakkan telur dan kutu berfluoresensi. Dapat juga dilakukan diagnosa banding untuk memastikan gejala yang tampak dengan Tinea kapitis, Pioderma (impetigo krustosa), Dermatitis seboroik.
2) Pediculosis Corporis
Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada rambut badan, tetapi juga pada lipatan baju yang bersentuhan dengan kulit.
3) Pediculosis Pubis
Kutu kemaluan meninggalkan kotoran berwarna coklat tua di pakaian dalam. Kutu kemaluan sulit ditemukan dan bisa terlihat sebagai bintik kecil kebiruan di kulit. Telurnya menempel di dasar rambut, sangat dekat dengan kulit.
10. Penatalaksanaan
- Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia.
- Perawatan
a) Pediculosis Capitis
Mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida (sampo RID atau R&C). Kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakain sampo tersebut. Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisis bergigi halus (serit) yang sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu per satu ( karena itu, orang awam memakai istilah “ mencari kutu”.
Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya dengan suhu 54oC atau dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner. Sisir dan sikat rambut juga harus didisinfeksi dengan sampo. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubunagn erat dengan pasien harus diobati. Komplikasi seperti pruritas yang hebat, pioderma ( infeksi kulit yang membentuk pus ) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotik sistemik serta kortikosteroid tropikal.
b) Pediculosis Corporis
Karena kutu bereproduksi pada pakaian dan tidak pada kulit, maka mandi, membuang atau mencuci pakaian yang terserang, dan mencapai tingkat higiene yang baik seharusnya dapat menangani serangan kutu dengan baik. Perlengkapan tidur juga harus dicuci dengan air panas, direbus, atau dibuang. Untuk yang tidak dapat dicuci harus di-dry clean atau disetrika dengan perhatian khusus pada lipatan-lipatan. Beberapa dokter percaya bahwa, setelah penanganan pada pakaian, pasien harus dirawat dari kepala sampai ujung kaki dengan satu kali aplikasi krim permethrin 5 persen, dibiarkan selama 8-10 jam lalu dibilas.
Kemudian, lindane (Kwell) atau melation dalam isopropil alkohol (losion Prioderm) dioleskan pada daerah-daerah kulit yang terenfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk informasi produk. Terapi topikal alternatif lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin (RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03% (Curpex). Jika bulu mata turut terkena vaseline dapat dioleskan tebal-tebal dua kali sehari selama 8 hari yang kemudian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur kutu yang tertinggal. Komplikasi, seperti pruritis hebat, pioderma (infeksi yang membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritis, antibiotik sistemik serta kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat menularkan penyakit epedemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus epidemik, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.
c) Pediculosis Pubis
Shampo gameksan 1% (Lindane) yang dioleskan selama 4 menit kemudian dicuci. Tidak boleh diberikan kepada anak yang berusia kurang dari 12 tahun, ibu hamil atau menyusui serta erosi yang masif. Dapat juga dilakukan dengan krim permethrin 1% yang dioleskan selama 10 menit kemudian dicuci. Obat ini merupakan terapi pilihan untuk pedikulosis, diserap kurang dari 2% dan cepat diubah menjadi metabolik inaktif. Aktivitas farmakologiknya sama dengan lindane, tetapi tidak menimbulkan neurotoksisitas. Penggunaan Pirethin dengan piperonil butoksida yang dioleskan selama 10 menit kemudian dicuci.
Jika manifestasinya terdapat pada alis dan bulu mata, sebaiknya gunakan salep mata oklusif pada tepi kelopak mata, 2 kali selama 10 hari. Bisa juga menggunakan salep mata fisostigmin 0,25% 4 kali sehari selama 3 hari.
Sebaiknya setelah dilakukan terapi, lakukan evaluasi. Bila masih ditemukan kutu atau telurnya pada pangkal rambut, maka terapi harus diulang. Untuk rasa gatal yang menetap karena sensitasi dapat diberikan anti inflamasi ringan seperti krim hidrokortison 1% 2 kali sehari.
0 komentar:
Posting Komentar