Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak diketahui (unwanted/undersired sound). Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul, baik pada industri besar ,aupun industri rumah tangga. Meskipun demikian, kesadaran akan bahaya kebisingan masih kurang dipahami baik oleh kalangan masyarakat umum maupun para pekerja khususnya. Tidak jarang ditemukan bahwa keluhan akibat kerja terjadinya gangguan pendengaran hanya dikaitkan dengan semakin bertambahnya usia atau karena sebab lain dan bukan karena pekerjaan di lingkungan bising.
Ø Definisi Kebisingan
Bising merupakan suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound). Tetapi defenisi ini sangat subyektif. Defenisi lain tentang kebisingan antara lain :
- Menurut Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik.
- Menurut Hirrs dan ward, bising adalah suara yang komplek yang mempunyai sedikit atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang tidak dapat diikuti atau di produsir dalam waktu tertentu.
- Menurut Spooner, bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik.
- Menurut Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan tidak berhubungan satu dengan yang lainnya
- Menurut Burn, Littler, dan wall bising adalah suara yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.
Menurut permenkes RI NO : 718 / MENKES / PER / XI / 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal I (a) : kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga menganggu dan atau membahayakan kesehatan.
Jenis kebisingan sebagai berikut:
Spooner : suara yang tidak memiliki kwalitas musik/irama
Wall : suara yang mengganggu
Denis : suara yang timbul secara berkala dari getaran-getaran yang tidak teratur
Frekuensi : banyaknya variasi tekanan atmosfer per detik atau banyaknya getaran per detik CPS atau Hertz (Hz)
Frekuensi suara yang dapat didengar oleh telinga manusia secara umum adalah berkisar antara: 20 – 20.000 Hz. Frekuensi suara (bunyi) yang dapat didengar oleh telinga manusia adalah berkisar antara: 20 – 20.000 Hz (untuk anak-anak), 20 – 12.000 Hz (untuk usia lanjut).
Telinga manusia paling peka terhadap frekuensi suara antara 2000 - 5000 Hz. Dan tidak peka terhadap frekuensi yang sangat rendah infrasound dan yang sangat tinggi ultrasound.
Ø Klasifikasi Kebisingan
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu :
1) Kebisingan yang tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequencynoise)
Kebisingan ini merupakan „nada-nada„ murni pada frekuensi yang beragam., contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
b. Kebisingan tetap (Brod band noise)
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan Brod band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah brod band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan, nada, murni).
2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
b. Intermitent noise
Kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah., contoh kebisingan lalu lintas.
c. Kebisingan impulsif (Impulsive noise)
Kebisigan ini dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya.
Ø Sumber kebisingan
Di tempat kerja, sumber kebisingan berasal dari peralatan dan mesin-mesin. Peralatan dan mesin-mesin dapat menimbulkan kebisingan karena:
1) Mengoperasikan mesin-mesin produksi yang sudah cukup tua.
2) Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.
3) Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya. Misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan parah.
4) Melakukan modifikasi / perubahan / pergantian secara parsial padakomponen-komponen mesin produksi tanpa mengidahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan.
5) Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad conection).
6) Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya.
Ø Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan yang dapat dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut :
1) Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukann tenaga ekstra dan juga menambah kebisingan. Di samping itu kebisingan dapat juga mengganggu “Cardiac Out Put” dan tekanan darah.
Pada berbagai penyelidikan ditemukan bahwa pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi. Gangguaan psikologis Gangguan fisiologis lama kelamaan bisa menimbulkan gangguan psikologis. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya.
Stabilitas mental adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi atau bertindak normal. Suara yang tidak dikehendaki memang tidak menimbulkan mental illness akan tetapi dapat memperberat problem mental dan perilaku yang sudah ada. Reaksi terhadap gangguan ini sering menimbulkan keluhan terhadap kebisingan yang berasal dari pabrik, lapangan udara dan lalu lintas. Umumnya kebisingan pada lingkungan melebihi 50-55 dB pada siang hari dan 45-55 dB akan mengganggu kebanyakan orang. Apabila kenyaringan kebisingan meningkat, maka dampak terhadap psikologis juga akan meningkat.
Kebisingan dikatakan mengganggu, apabila pemaparannya menyebabkan orang tersebut berusaha untuk mengurangi, menolak suara tersebut atau meninggalkan tempat yang bisa menimbulkan suara yang tidak dikehendakinya.
2) Gangguan patologis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen. Kelainan yang timbul pada telinga akibat bising terjadi tahap demi tahap sebagai berikut:
a) Stadium adaptasi
Adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan keadaan yang dapat pulih kembali, atau kata lain sifatnya reversible.
b) Stadium “temporary threshold shiff”
Disebut juga “audtory fatigue” yang merupakan kehilangan pendengaran “reversible” sesudah 48 jam terhindar dari bising itu. Batas waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sesudah terpapar bising adalah 16 jam. Bila pada waktu bekerja keesokan hari pendengaran hanya sebagian yang pulih maka akan terjadi “permanent hearing lose”.
c) Stadium “persistem trehold shiff”
Dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi lebih lama, sekurang-kurangnya 48 jam setelah meninggalkan lingkungan bising, pendengaran masih terganggu.
d) Stadium “permanent trehold shiff”
Pada stadium ini meningginya ambang pendengaran menetap sifatnya, gangguan ini banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan. Tuli akibat bising ini merupakan tuli persepsi yang kerusakannya terdapat dalam cochlea berupa rusaknya syaraf pendengaran. Proses terjadinya gangguan pendengaran terjadi secara berangsur-angsur, yaitu mula-mula tidak terasa adanya gangguan pendengaran, baru setelah penderita sadar bahwa ia memerlukan suara-suara keras untuk sanggup mendengarkan suatu percakapan diketahui adanya gangguan pendengaran. Pergeseran ambang pendengaran nampak dalam tahun-tahun pertama terpapar kebisingan. Orang yang belum pernah berada dalam kebisingan biasanya menunjukkan perbaikan yang bagus setelah dipindakan dari kebisingan, sedangkan orang yang sudah bertahun-tahun terkena bising dan tuli agak berat sekali kemungkinan untuk pulih.
3) Komunikasi
Kebisingan dapat menganggu pembicaraan. Paling penting disini bahwa kebisingan menganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang di bicarakan oleh orang lain, apakah itu berupa:
a) Percakapan langsung (face to face).
b) Percakapan telepon.
c) Melalui alat komunikasi lain, misalnya radio, televisi dan pidato.
Tempat dimana komunikasi tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah sekolah, area latihan dan test, teater, pusat komunikasi militer, kantor, tempat ibadah, perpustakaan, rumah sakit dan laboratorium. Banyaknya suara yang bias dimengerti tergantung dari faktor seperti : level suara pembicaraan, jarak pembicaraan dengan pendengaran, bahasa/kata yang dimengerti, suara lingkungan dan faktor-faktor lain.
Ø Efek Kebisingan (non auditori effect)
a. Gangguan komunikasi antar pekerja
b. Gangguan tidur
c. Gangguan pelaksanaan tugas (kurang konsentrasi)
d. Gangguan faal tubuh
e. Perasaan tidak senang atau mudah marah (annoyance)
1. Tuli Konduktif
Terjadi arena adanya gangguan konduksi suara. Hal ini disebabkan adanya kelainan-kelainan pada telinga bagian luar dan tengah.
Kelainan telinga bagian luar:
- Otitis externa
- Cerumen
- Congenital defect
- Benda asing/tumor
Kelainan telingan bagian tengah:
- Otitis media akut dan kronik
- Cholesteatoma
- Otosclerosis
- Gendang telinga
- Penyumbatan
2. Tuli Perseptif
Terjadi karena ada kelainan atau penyakit pada telinga bagian dalam (Choclear) dan retrochoclear (sarf pendengar dan otak).
Kelainan pada inner ear adalah:
· Kelainan bawaan
· Kerusakan pada organ corti
· Penyakit infeksi karena virus
· Kerusakan sel-sel sensoris, karena obat-obatan yang ototoksik, misalnya salisilat, kinine, dan viomycin.
Kelainan pada retrochoclear adalah:
· Tumor
· Peradangan otak
· Pendarahan otak
Ø Infra Sound
Meskipun tidak dapat dideteksi oleh telinga manusia, namun kehadirannya bisa dirasakan bilamana intensitasnya tinggi, misalnya: gempa bumi, petir, angin topan.
Pengaruhnya adalah bisa menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh, disarankan pada intensitas 120dB dengan frekuensi antara 1 dan 16 Hz, sebagai batas aman dari pemaparan infrasoynd.
Ø Ultra Sound
Sumber utama ultrasound adalah:
· Alat pengebor
· Alat deteksi keretakan pada logam, peralatan dokter,dll
Pengaruhnya adalah bisa menimbulkan berbagai keluhan seperti: rasa lelah yang berlebihan, pusing, nual dan muntah, batas amannya adalah 150 dB.
Ø Intermitten noise
Intermitten noise adalah lebih mengganggu daripada continous noise dan intermitten noise yang belum dikenal sebelumnya adalah lebih mengganggu daripada yang dikenal. Pekerjaan yang runit lebih banyak terganggu daripada yang sederhana, kebisingan dengan frekuensi tinggi adalah lebih mengganggu daripada yang memiliki frekuensi rendah.
Ø Weighting Networks
Weighting networks, yang terdapat pada sound level meters (SLM) berfungsi untuk mengubah signal yang terukur sehingga serupa dengan mekanisme pendengaran manusia.
A Weighting Network
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah
B Weighting Network
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah
C Weighting Network
Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi
D Weighting Network
Respon manusia baik untuk tingkat suara yang tinggi dan rendah
Ø Decibel
Satuan dari tingkat intensitas suara (Sound Intensity Level). Weighting Network: untuk mengubah signal yang terukur, sehingga dapat didengar oleh telinga.
A Weighting Network
Respon manusia untuk tingkat suara rendah
B Weighting Network
Respon manusia untuk tingkat suara rendah
C Weighting Network
Respon manusia untuk tingkat suara tinggi
1. Trauma Akustik
Disebabkan oleh pemaparan tunggal terhadap intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi dengan tiba-tiba, misalnya suara ledakan bom.
Gambaran audiogram pada trauma akustik sering menunjukkan flat respons yaitu kombinasi tuli konduktif dan tuli persepif / tuli syaraf.
2. Temporary Threshold Shift
Sifat dari gangguan ini adalah sementara waktu yang diperlukan pemulihan kembali adalah: berkisar dari beberapa menit sampai beberapa hari (3 – 7) hari dan yang paling lama sampai 10 hari.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya TTS adalah:
a. Intensitas
b. Lamanya pemaparan
c. Frekuensi
d. Jenis kebisingan
e. Kerentanan individu
3. Permanent Threshold Shift
Sering disebut NIHL (Noise Induced Hearing Loss), terjadi setelah pemaparan selama 10 tahun atau lebih dan secara perlahan-lahan tanpa disadari bahwa dirinya telah menderita ketulian.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya:
a. Sound presure level
b. Duration of presure
c. Noise frequency
d. Continous/intemitten E
e. Individual susceptibility
Ø Nilai Ambang Batas Kebisingan
Lingkungan kerja industri, tingkat kebisingan biasanya tinggi sehingga harus ada batas waktu pajanan kebisingan. Batasan kebisingan yang diberikan oleh The Workplace and Safety (Noise) Compliance Standar 1995, SL No 381 adalah 8 jam terus menerus pada level tekanan suara 85 dB (A), dengan refrensi 20 micropascal. (20) Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/Men/1999 tentang kebisingan adalah sebagai berikut :
1) 82 Db : 16 jam per hari
2) 85 dB : 8 jam per hari
3) 88 dB : 4 jam per hari
4) 91 dB : 2 jam per hari
5) 97 dB : 1 jam per hari
6) 100 dB : ¼ jam per hari
0 komentar:
Posting Komentar