Stressor dan Hubungannya dengan Spesifikasi Pekerjaan
Stresor sering kali berhubungan langsung dengan sistem tugas, volume pekerjaan, lingkungan kerja, atau sebagai akibat ketidak harmonisan hubungan dengan individu lain ditempat kerja dan faktor-faktor budaya organisasi tempat kerja, beberapa stresor juga berhubungan pada identifikasi peranan seseorang diorganisasi tempat kerja (Ridwan Harrianto, 2010).
SISTEM TUGAS
Terdapat beberapa macam sistem tugas yang menjadi stresor, yaitu :
1. Kerja lembur. Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi bila jumlah jam kerja menjadi berlebihan, ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas kerja, tetapi juga sering meningkatkan jumlah absensi dengan alasan sakit atau kecelakaan kerja. Hal ini biasanya terjadi pada pekerja di industripengalengan buah biasanya banyak berhubungan dengan musim buah.
2. Tugas kerja malam. Kerja malam merupakan tugas yang berat bagi pekerja, dan sering mengakibatkan timbulnya gangguan fisik akibat kurang tidur serta perubahan tingkah laku yang dapat mendorong individu untuk penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang serta perubahan kebiasaan makan. Pekerjaan yang memiliki stresor tersebut. Misalnya : Polisi, perawat, satpam, anggota pemadam kebakaran, dan pekerja di industri jasa (hotel, transportasi, dan lain-lain).
3. Kecepatan mesin. Kecepatan kerja yang hanya berdasarkan pada kapasitas kecepatan mesin, sangat menguras energi fisik dan psikologis pekerja karena harus terpaku untuk menyesuaikan kecepatan mesin, ban berjalan, atau proses produksi sehingga pekerja tidak mungkin meninggalkan tempatnya sedetik pun tanpa digantikan atau ditolong temannya. Hal itu terjadi pada pekerja ditempat produknya dikontrol oleh mesin-mesin yang berkecepatan tinggi, atau produksi produk berdasarkan jadwal yang ketat.
4. Gerakan tangan yang berulang secara monoton. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan menggerakkan anggota badan secara berulang dan monoton, terkadang juga disertai posisi kerja yang janggal, atau sambil membawa atau menahan beban sering kali sangat memberatkan pekerja. Hal ini biasanya terjadi pada pekerjaan di industri penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan, dan perakitan yang menggunakan ban berjalan.
5. Kekangan. Kekangan menyebabkan tidak adanya kebebasan bekerja, misalnya thapan pekerjaan yang mempunyai jadwal tugas yang ketat dan mendetail. Pekerjaan yang memiliki stesor tersebut, misalnya pemeliharaan/perawatan/ pengujian mesin kapal terbang yang harus bekerja berdasarkan “checklist” yang ketat, pekerjaan mencocokkan/memasang/merakit elemen-elemen jadi bangunan rumah atau mesin, dan pekerjaan akunting.
6. Komunikasi yang menjemukan atau membebankan. Pekerjaan yang memerlukan kontak yang memberatkan karena harus bernegosiasi untuk perihal yang sulit diterima atau tidak selaras dengan kehendak lawan bicara. Pekerjaan yang memiliki stresor tersebut, misalnya manajer perusahaan, personil promosi obat-obatan
(Ridwan Harrianto, 2010).
VOLUME PEKERJAAN
Volume kerja juga dapat menjadi stresor, yaitu :
1. Volume pekerjaan yang berlebihan. Volume pekerjaan yang terlalu banyak dan dibatasi oleh waktu, antara lain :
a. Pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa karena waktu yang terbatas, misalnya costumer service yang harus melanyani pelanggan dengan antrian panjang untuk menunggu pelayanan, sekretaris dengan tugas yang bertumpuk.
b. Permintaan untuk pengambilan keputusan yang rumit, misalnya petugas kendali mutu atau pekerjaan yang membutuhkan banyak masukan informasi.
(Ridwan Harrianto, 2010).
2. Volume pekerjaan yang sangat kurang. Volume pekerjaan yang sangat kurang menyebabkan kurangnya rangsangan untuk bekerja, kurangnya variasi, tidak ada kreatifitas atau tuntutan untuk mengatasi masalah. Termasuk jenis pekerjaan misalnya :
a. Tuntutan pekerjaan yang yang memerlukan perhatian penuh tetapi kurang rangsangan untuk bekerja. Pekerja harus tetap waspada dan harus selalu siap bereaksi bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, walaupun keadaan tersebut jarang sekali terjadi, seperti tugas pengawasan mesin dan peralatan yang digunakan secara reguler, tugas menjaga pintu kereta api, dan sebagainya.
b. Pekerjaan yang menuntut kejelian, biasanya membutuhkan konsentrasi, perasaan, dan pengelihatan yang intens.
c. Tidak diberi tugas karena atasan pilih kasih atau kemampuan pekerja kalah bersaing dengan yang lain.
(Ridwan Harrianto, 2010).
TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab untuk keselamatan dan kesejahtraan diri sendiri mencakup tanggung jawab untuk bekerja dengan aman merupakan faktor stres psikis pada pekerja karena harus selalu bekerja dengan hati-hati agar tidak membahayakan orang disekitarnya atau pun membahayakan dirinya sendiri. Pekerjaan dengan stressor semacam ini, misalnya operator mesin derek, pekerja yang menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya atau mudah meledak, dan pilot. Tanggung jawab pekerjaan terhadap kesejahtraan masyarakat misalnyapekerja disektor kesehatan, pendidikan dan kesejahtraan lainnya. Tanggung jawab terhadap organisasi tempat kerja misalnya tanggung jawab terhadap peralatan dan bahan-bahan kerja yang bernilai tinggi (Ridwan Harrianto, 2010).
KONDISI FISIK atau LINGKUNGAN KERJA
Adanya ancaman terpajan kondisi fisik tempat kerja yang kurang menyenangkan atau kontak dengan bahan-bahan beracun, misalnya :
1. Bekerja pada tempat yang sunyi/terpencil, sperti pekerjaan yang membuttuhkan kesendirian dan tak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang lain atau pekerjaan pada situasi yang sulit atau terncam bahaya sehinggga tak memungkinkan pekerja untuk mencari pertolongan dari teman kerja atau siapapun, misalnya tugas pengawasan atau penjagaan yaitu penjaga mercusuar, tugas jaga malam, operator telegraf, pekerjaan yang tidak mengharuskan untuk kontak langsung dengan langganan, atau konsumen.
2. Tempat kerja yang jauh atau sulit dijangkau.
3. Pajanan ditempat kerja. pajanan ditempat kerja umumnya dalam bentuk pajanan fisik dan kimiawi, sperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tempat kerja yang sempit dan berdeesakan, ventilasi buruk, penerangan yang kurang baik, vibrasi, masalah-masalah ergonomi, tempat kerja yang bising, bau yang tidak sedap, debu kerja, dan substansi kimia yang berbahaya
(Ridwan Harrianto, 2010).
.
ORGANISASI TEMPAT KERJA
1. Perubahan
Perubahan yang terjadi ditempat kerja merupakan salah satu penyebab utama dari stres. Perubahan sering kali berarti terjadi suatu kehilangan, seperti diberlakukannya teknik baru ditempat kerja, penggantian supervisor, restrukturisasi organisasi, pemberian tugas baru yang sukar dilaksanakan, pindah bagian, atau dibebastugaskan sebagai pimpinan.
2. Manajemen yang otokratis
Pada perusahaan dengan manajemen yang otokratis, biasanya komunikasi atasan dan bawahan tidak berjalan dengan baik. Sering kali para pekerja dibebankan oleh dua perasaan yang berlawanan sehingga mendorong timbulnya stres. Perasaan tersebut biasanya timbul bila para pekerja mengerti apa yang mereka harus perbuat, padahal kenyataannya hal itu tak dapat dilaksanakan.
Komunikasi yang buruk juga biasanya mencetuskan timbulnya perasaan ketidakpuasan, kuranganya penghargaan, konflik pada rantai komando, atau konflik perbedaan tuntutan para pekerja pada manajemen dapat menimbulkan konflik dengan teman sekerja. Perasaan ketidakpuasan tersebut juga timbul bila pekerja harus mengerjakan perintah yang tak disukainya atau bila perintah tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan, kurangnya dukungan dana atau fasilitas lainnya dari manajemen guna menyelesaikan tugas, atau tidak diberikannya kekuasaan untuk memutuskan masalah dalam menyelesaikan tugas, yang merupakan stresor psikologis yang penting.
3. Pengembangan karir
Ancaman dipecat, diturunkan pangkat, dipensiunkan lebih dini karena sakit, ada hambatan untuk promosi, atau mendapat promosi untuk pekerjaan yang kurang dikuasai, dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.
(Ridwan Harrianto, 2010).