RSS

Halaman

Sanitary Landfill

Definisi
              Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah sebagai bagian sisa aktifitas kehidupan manusia dan lingkungan, banyak membawa permasalahan. Dari sebagian sampah yang dihasilkan tersebut, ternyata tidak semuanya mampu diatasi/ diangkut/ dibersihkan manusia dari lingkungan hidupnya (Azwar, 1985)
              Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) adalah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk atau perlakuan terakhir terhadap sampah. Macam-macam penimbunan sampah yaitu:
1.      Penimbunan terbuka ( open dumping )
Yaitu dengan cara membuang dan menumpuk sampah begitu saja di atas lahan terbuka, ini merupakan cara penanganan sampah yang sederhana.
2.      Open trench burning
Yaitu membuang sampah ke parit – parit yang tidak digunakan masyarakat dan jauh dari pemukiman penduduk kemudian dilakukan proses pembakaran.
3.      Penimbunan di laut ( dumping at sea )
Yaitu pembuangan dan penimbunan sampah di pantai. Pantai – pantai dangkal dapat digunakan untuk tempat penimbunan sampah, caranya dengan membuat tanggul – tanggul pemisah yang berguna untuk menghalangi sampah – sampah tersebut agar tidak terbawa arus. Sampah – sampah yang telah melebihi kapasitas tanggul akan diratakan kemudian dipadatkan dan selanjutnya ditimbun dengan tanah atau pasir.
4.      Penimbunan di dalam tanah ( sanitary landfill )
Yaitu penimbunan sampah yang dilakukan di dalam tanah. Sampah dimasukkan kedalam lubang kemudian dipadatkan yang selanjutnya ditimbun dengan tanah. Sanitary landfill adalah penimbunan sampah yang dilakukan di dalam tanah. Sampah dimasukkan kedalam lubang kemudian dipadatkan yang selanjutnya ditimbun dengan tanah. Cara ini adalah cara Pembuangan Sampah yang paling minim kekurangannya.
Jenis Sampah dan Sumber Sampah
Jenis sampah berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
1.      Sisa makanan atau sampah basah (Garbage):Karakteristik sampah jenis ini ialah dapat membusuk dan dapat terurai dengan cepat khususnya bila cuaca panas. Sampah jenis ini dihasilkan pada tempat pemukiman, rumah makan, warung, RS, dan sebagainya.
2.      Sampah kering (Rubbish): Sampah kering terdiri dari sampah yang dapat terbakar ataupun yang tidak dapat terbakar, yang dihasilkan oleh rumah tangga, perkantoran, perdagangan, dsb, tidak termasuk sisa makanan dan benda-benda yang sangat mudah membusuk. Jenis sampah kering yang dapat terbakar misalnya kertas, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, daun-daun kering. Jenis sampah kering yang tidak dapat  terbakar misalnya kaca, kaleng, logam.
3.      Abu (Ashes): Benda yang tertinggal dari pembakaran kayu, arang dan benda yang terbakar.
4.      Sampah jalan (Street Cleaning): Sampah yang berasal dari jalan, biasanya berupa sampah daun-daun dan pembungkus.
5.      Bangkai binatang (Dead Animals): Sampah biologis berupa bangkai binatang kecil, dan binatang piaraan.
6.      Rongsokan kendaraan (Abandoned Vehicles): Bekas-bekas kendaraan milik umum dan pribadi, seperti bak mobil, becak dan lain-lain.
7.      Sampah industri (Industrial Wastes): Sampah padat sebagai hasil pembuangan industri
8.      Sampah dari bangunan (Demolition Wastes): Sampah disini dimaksudkan terjadi karena penghancuran atau pembangunan suatu gedung, misalnya batu, beton, batu merah, papan, sisa pipa-pipa dan sebagainya.
9.      Sampah khusus/ berbahaya (Hazar Dous Wastes): Kimia beracun, pestisida, pupuk, radio aktif, sampah rumah sakit yang membahayakan manusia.
10.  Sampah pengolahan air minum/ air kotor (Water  Treatment Residu ): Sampah yang berupa lumpur dari perusahaan air minum atau pengolahan air kotor, dapat diklasifikasikan dalam jenis tersendiri.
(Depkes,1987)
Bagian sampah yang terbesar merupakan bahan-bahan organic. Bahan organic mengalami penguraian atau oenghancuran secara biologis oleh jasad renik yang bersifat aerobic. Selain itu dengan terjadinya proses dekomposisi yang berlangsung secara aerobic yang berlangsung lama akan menghasilkan humus yang sangat berguna untuk penyuburan dan perbaikan kondisi tanah. Selain berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sampah juga menimbulkan dampak negative. Diantarnya mempengaruhi pencemaran tanah, air, dan udara (Depkes, 1987).
Controlled landfill (system pengurugan sampah berlapis terkendali) adalah system pembuangan akhir sampah dengan cara menghampar sampah paa kavling yang telah disediakan setebal 60-100 cm kemudian dipadatkan dan ditutup tanah setebal 40 cm (DKLH,2006).
Sedangkan cara penimbunan sampah secara sanitary landfill (system pengurugan berlapis bersih) adalah car membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi berlegok., memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Penimbunan sampah ini sebaiknya dilakukan pada lahan yang tidak dapat dipakai untuk pertanian, seperti tanah berpasir, di pantai atau tanah berkapur, sehingga dalam waktu lama lahan ini dapat produktif lagi.

Tempat Pembuangan Akhir
Pengolahan dengan cara sanitary Landfill merupakan salah satu metode dalam Tempat pembuangan akhir sampah yang mana TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) adalah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk atau perlakuan terakhir terhadap sampah. Tempat Pembuangan Akhir merupakan tahap akhir dari pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan Sampah Terpadu dilakukan secara terpadu sejak dari sumber sampah sampai pembuangan akhir sampah, dengan disesuaikan pada karakteristik serta jenis sampah yang terkandung. Pada sistem pengelolaan secara terpadu , proses pemilahan sampah sejak dari awal sumber sampai dengan pembuangan akhir merupakan proses penunjangan pokok.
Komponen-komponen fungsional dalam Pengelolaan Sampah Terpadu adalah :
  1. Pewadahan dan Pemilahan Sampah
Proses pemilahan sampah merupakan kegiatan yang penting dalam penanganan dan pewadahan sampah pada sumbernya. Pemilahan sampah dimulai di rumah-rumah atau pada Tansfer Depo atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Pewadahan dan pemilahan sampah yang baik akan mempengaruhi kinerja daur ulang yang lebih baik.
     b.   Pengumpulan dan Pengangkutan
Pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah dari sumber timbulan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah. Pada umumnya, sampah dikumpulkan secara teratur dari rumah ke rumah membutuhkan biaya yang mahal atau sistem yang lebih murah dengan pengumpulan dari Bak-bak sampah (kontainer sampah) di jalan-jalan. Dengan melihat lay out kota, kepadatan penduduk dan laju timbulan sampah, pengelola persampahan akan menentukan sistem pengumpulan dan pengangkutan yang efektif.
a.       Metode Pengolahan dan Pembuangan Akhir
Berbagai metode dilakukan untuk memproses sampah lebih lanjut. Tujuan utama adalah untuk meminimalkan volume sampah yang dibuang ke TPA dan jika memungkinkan mengambil kompos, biogas atau energi dari sampah. Seleksi sistem pengolahan sampah dan metode pembuangan yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
1). Kuantitas Sampah
Biaya pengolahan sampah dipengaruhi skala ekonomi. Jika kuantitas sampah relatif kecil, sistem penimbunan sampah lebih layak secara ekonomi dibandingkan dengan pemusnahan dengan Incenerator atau dengan pengomposan.
2). Daur Ulang
Secara umum, kelayakan ekonomi daur ulang sampah tergantung pada pembeli potensial yang ada. Pasar dari bahan-bahan daur ulang harus dipelajari dengan hati-hati sebelum menginvestasikan industri daur ulang sampah. Tinjauan terhadap rendahnya persentasi sampah individual yang dapat didaur ulang menjadi pertimbangan apakah daur ulang sampah skala besar akan layak.
3). Pembakaran Sampah
Untuk mengekonomiskan instalasi pembakaran sampah (Incinerator) minimal dibutuhkan sampah kontinyu 20-25 ton/jam, dengan nilai kalor minimal 10-15 MJ/kg untuk menjalankan Incinerator tanpa bahan bakar tambahan. Seringkali peralatan pembakaran sampah dengan Incenerator tidak layak secara teknis maupun ekonomi.


Dampak Negatif Tpa
1.         Kerusakan infrastruktur
2.         Pencemaran lingkungan
3.         Pelepasan gas metana yang disebabkan   oleh pembusukan sampah organik
4.         Melindungi pembawa penyakit
5.         Gangguan sederhana, misalnya debu, bau busuk, kutu.

Sanitary Landfill

Sanitary Landfill adalah penimbunan sampah yang dilakukan di dalam tanah. Sampah dimasukkan kedalam lubang kemudian dipadatkan yang selanjutnya ditimbun dengan tanah. Cara Pembuangan Sampah yang paling minim kekurangannya adalah Sanitary landfill karena Sanitary Landfill ini menggunakan sistem pemusnahan sampah yang paling baik. Sistem ini dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan dengan cara selapis demi selapis sehingga sampah tidak berada di ruang terbuka dan tidak menimbulkan bau dan tidak menjadi sarang binatang pengerat yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.Manfaat dari sanitary landfill adalah:
1.      Mampu meninggikan tanah yang rendah karena Sanitary Landfill menggunakan sistem penimbunan dengan tanah sehungga tanah yang semula rendah bisa lebih tinggi dengan adanya Sanitary Landfill.
2.      Tanah yang terbentuk dapat dimanfaatkan  untuk daerah perumahan asalkan di daerah tersebut tidak digali sumur. Tanah yang terbentuk tersebut sangat tidak bagus apabila digunakan sebagai sumur karena tanahnya mengandung sampah dan bahan-bahan beracun yang dapat membahayakan manusia apabila terkandung dalam air.
3.      Memberantas sarang nyamuk karena Sanitary Landfill menimbun sampah dengan tanah sehingga sampah tidak berada di ruang terbuka dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat mengundang vektor penyebab penyakit.

·           Syarat Pelaksanaan Sanitary Landfill
1.      Harus tersedia daerah yang cukup luas.
2.      Ada tanah yang digunakan sebagai menimbun.
3.      Tersedia alat-alat  besar untuk menimbun dan meratakan tanah urukan.

·         Metode dalam sanitary landfill
A.    Metode galian parit
ü  Sampah dibuang ke dalam parit yang memanjang
ü  Tanah bekas galian digunakan untuk menutupi parit
ü  Sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali
ü  Setelah satu parit terisi penuh dibuat parit baru disebelah parit terdahulu
B.     Metode Area
ü  Sampah di buang diatas tanah seperti pada tanah rendah, rawa – rawa atau pada lereng bukit
ü  kemudian di tutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.
C.     Metode Ramp
ü  Metode ramp merupakan teknik gabungan dari metode galian parit dan metode area.
ü  Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari
ü  Tebal lapisan tanah sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah
D.    Metoda Pit/Canyon
ü  Diterapkan untuk jurang atau ngarai;
ü  Pengurugan sampah dimulai dari dasar;
ü  Penempatan sampah sesuai dengan topografi;
ü  Tanah penutup dapat diambil dari dinding ngarai atau dasarnya;
ü   Penyebaran dan pemadatan sampah seperti metoda area.


Kendala Pelaksana Sanitary Landfill
a) Kurangnya alat berat yang dimiliki oleh pemerintah.
b) Sulit/mahal tanah untuk penutup sampah
c) Kolam pengolah lindi tidak berfungsi
d) Sumber daya manusia tidak memadai.

Berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan persampahan, di kota-kota yang disurvai menyatakan keterbatasan dana sebagai salah satu kendala peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan. Keterbatasan dana tersebut dapat berakibat kepada:
a. Ketidakmampuan melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan  prasarana pengelolaan sampah yang ada,
b. Ketidakmampuan melakukan penggantian terhadap sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang telah rusak,
c, Ketidakmampuan melakukan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang baru untuk mencapai target pelayanan yang lebih baik,
d. Ketidakmampuan melakukan pengelolaan persampahan sesuai dengan standar operasional yang seharusnya (misal: rencana TPA = sanitary landfill, namun yang dilaksanakan hanya open dumping atau maksimal control dumping).

Pemilihan letak dan struktur geologi
        Suatu hal yang perlu dipertimbangkan suatu sanitary landfill adalah struktur geologi dan topografi serta permeabilitas dari tanah. Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah, lapisan tanah sampai lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek yang merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang terletak di bawah dasar landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat diberikan beberapa renovasi untuk menghadapi leachate. Dengan cara demikian dapat ditingkatkan kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan atau air tanah, aliran dari tanah ini dapat membentuk suatu materiil penutup. Sehingga dapat menciptakan suatu renovasi yang optimum menghadapi leachate.
        Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan berlumpur dapat digunakan sebagai tempat yang baik dan cukup luas bagi santary landfill.
        Ketika sebuah sanitary landfill ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplay air bersih, hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air tanah.
        Mekanisme dari formasi leachate tak diketahui secara pasti, penelitian terakhir yang dilakukan oleh Fungaroli dan Stuiner (1969). Bahwa leachate sebagian besar merupakan akibat dari sanitary landfill. Metode hidrologi menunjukkan dengan sedikit air hujan maka leachate akan terbentuk, maka sanitary landfill dipikirkan keberadaannya sebagai sumber polusi.

Aktifitas biologi
Dari sisi kehidupan sebuah sanitary landfill akan mengalami, proses dekomposisi, secara aerob maupun anaerob ketika pertama kali material diletakkan dalam pengisian, maka proses dekomposisi mengarah pada peristiwa aerob, ketika komponen oksigen dikonsumsi, maka landfill dianggap mengalami kondisi anaerob, lamanya tergantung pada suhu dan oksigen yang tersedia. Periode dekomposisi aerob lebih cepat dibanding dengan periode anaerob dalam prosesini.
Hasil yang diperoleh dari dekomposisi aerob adalah asam dan alkohol, yang dikonsumsi oleh mikroorganisme yang akan menghasilkan methana dan karbon dioksida. Gas methana menyebabkan kondisi gas masuk ke rumah. Fist (1967) melaporkan konsentrasi ledakan dalam penelitiannya gas lain yang diproduksi secara anaerob adalah hidrogen sulfida yang berbau busuk dan mudah meledak.




















DAFTAR PUSTAKA
Candra , Budiman, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Departeman Kesehatan dan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1987. Pembuangan Sampah. Jakarta: Proyek pembangunan pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003) pp. 55-63
Daftar Standar dan Juknis Bidang Konstruksi dan Bangunan, Puslitbang Permukiman, 2001

Poerbo, Hassan Prof, 1993. Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Sampah Kota, Proceeding Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Tantangan Masa Depan, 7-8 September, Bandung Indonesia. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar