RSS

Halaman

Pengendalian Tikus Rumah

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenalsebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganguyang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwakelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakitkepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensiayang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikandalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksiberbagai agen penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing.
Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urindan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau).Tikus dan mencit merupakan masalah rutin di Rumah, karena itupengendaliannya harus dilakukan secara rutin. Hewan mengerat ini menimbulkankerugian ekonomi yang tidak sedikit, merusak bahan pangan, perlengkapan dan peralatan dirumah serta dapat menimbulkan penyakit. Beberapapenyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain, pes, salmonelosis,leptospirosis, murin typhus.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan tikus akan menggambarkan lingkunganyang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasipenatalaksanaan/manajemen kebersihan lingkungan Rumah t yang kurang baik.
Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan tikus dan mencit diRumah, maka Rumah harus terbatas dari hewan ini.Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya penyebaranpenyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan.


1.2.Rumusan Masalah
·         Penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh Tikus?
·         Bagaimana cara pengendalian terhadap Tikus supaya tidak menimbulkan kerugian?

1.3.Tujuan
·         Mengetahui jenis penyakit yang dapat ditimbulkan Tikus.
·         Pengendalian terhadap populasi Tikus supaya tidak menimbulkan kerugian.















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Tikus adalah satwa liar yang sering kali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Keberadaan tikus dimuka bumi sudah jauh lebih tua dari umur peradaban. Kehidupan tikus (untuk spesies tertentu) sudah sangat tergantung pada kehidupan manusi. Dengan dmeikian, tikus merupakan hewan liar yang sudah sangat beradaptasi dengan kehidupan manusai, seperti halnya kecoa (untuk serangga).
Menurut seorang antrolog Mc Neely dan seorang psikolog Watchel dalam bukunya The Soul of the Tiger (1988), tikus merupakan hewan liar yang paling menikmati dampak positif dari kemajuan ekonomi di negara-negara Asia. Bumi Asia dianggap sebagai tempat kelahiran tikus sekitar 10 juta tahun lalu yang kemudian berkembang ke seluruh dunia. Penyebaran tikus ke seluruh dunia berlangsung bersama-sama dengan migrasi manusia antar pulau dan antar benua. Tikus berukuran lebih kecil mulai dikenal di Eropa pada ke-13 sedangkan tikus berukuran lebih besar baru dikenal pada abad ke 18.
Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan bagi manusia dalam berbagai hal. Di bidang rumah tangga, tikus sering kali membuat keonaran dan menimbulkan kotoran pada bagian tertentu dari ruangan kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah dibidang kesehatan, tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa patogen yang dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia dan hewan peliharaan.

2.2.Kelebihan Tikus
o   Tikus mampu menimbulkan reaksi atau respon terhadap setiap tindakan pengendalian yang dilakukan oleh manusia, baik untuk menghindar (misalnya pada penggunaan perangkap) maupun untuk menghadapinya (misalnya pada penggunaan perangkap) maupun untuk menghadapinya (misalnya pada penggunaan musuh alami berupa predator).
o   Tikus mempunyai mobilitas yang tinggi dnegan menggunakan kedua pasang tungkainya. Dibandingkan dengan serangga yang terbang dibantu oleh angin, mobilitas tikus memang masih kalah, tetapi tikus mampu bergerak lebih jauh lagi tanpa menggunakan kedua pasang tungkainya yaitu dengan menggunakan saran transportasi ciptaan manusia misalnya kapal laut, kereta api, dan sebagainya.

2.3.Jenis-Jenis Habitat Tikus
  1. Jenis domestik, seluruh aktivitas tikus di dalam rumah.
  2. Jenis peridimestik, aktivitas tikus di luar rumah yaitu di perkebunan, sawah, pertanian dan pekarangan rumah.
  3. Jenis silvalit, aktivitas tikus jauh dari manusia yaitu di hutan.

2.4.Morfologi Tikus
Klasifikasi tikus
Kingdom         : animalia
Filum               : chordata
Subfilum         : vertebrata (craniata)
Kelas               : mammalia
Sub kelas         : theria
Infra kelas       : eutheria
Ordo               : rodentia
Sub ordo         : myomorpha
Famili              : muridae
Sub famili       : murinae
Genus              : bandicota, ratus, dan mus

2.5.Morfologi Kualitatif Jenis Tikus
Tabel 1
Morfologi
Tikus rumah
Tikus got
Tikus sawah
Tekstur rambut
Agak kasar
Kasar dan agak panjang
Agak kasar
Bentuk hidung
Kerucut
Kerucut terpotong
Kerucut
Bentuk badan
Silindris
Silindris, membesar ke belakang
Silindris
Warna badan bagian punggung
Cokelat hitam kelabu
Cokelat hitam kelabu
Cokelat kelabu kehitaman
Warna badan bagian perut
Cokelat hitam kelabu
Cokelat kelabu (pucat)
Kelabu pucat atau putih kotor
Warna ekor bagian atas
Cokelat hitam
Cokelat hitam
Cokelat hitam
Warna ekor bagian bawah
Cokelat hitam
Cokelat kelabu (pucat)
Cokelat hitam
Habitat
Gudang,rumah
Gudang, selokan, rumah
Sawah (ketinggian < 1500 m dpl)
Tabel 2
Morfologi
Tikus rumah
Tikus got
Tikus sawah
Bobot  tubuh (gram)
60-300
150-600
70-300
Panjang kepala + badan (mm)
100-210
150-250
130-210
Panjang ekor (mm)
120-250
160-210
110-160
Panjang total (mm)
220-460
310-460
240-370
Lebar daun telinga (mm)
19-23
18-24 (berambut)
18-22
Panjang telapak kaki belakang (mm)
30-37
40-47
32-39
Lebar gigi pengerat (mm)
3
3,5
3
Jumlah puting susu (pasang)
5 (2+3)
6 (3+3)
6 (3+3)

Tabel 3

Tikus Rumah
Tikus Got
Tikus Sawah
Kebiasaan Hidup
1.   Memanjat
2.   Mengerat
1.       Menggali
2.       Mengerat
3.       Meloncat
4.       Berenang
1.    Menggali
2.    Mengerat
3.    Berenang
Kerugian yang ditimbulkan
1.  Sering menimbulkan kekotoran dimana-mana.
2.  Sering merusak properti yang ada di rumah.
3.  Menyebarkan penyakit.
4.  Mengkontaminasi bahan makanan.
5.  Menimbulkan bau yang busuk.
6.  Menciptakan suara yang sering mengganggu.

1.        Merusak saluran air.
2.        Merusak jembatan.
3.        Mengkontaminasi bahan makanan.
4.        Menularkan penyakit.
Mampu merusak tanaman budidaya dlm waktu yg singkat dan dlm berbagai stadia umur tanaman shg enimbulkan kerugian cukup besar bagi petani.

Pengendalian
1.    Sanitasi Lingkungan
2.    Fisik
·      Pemasangan penghalang
·      Perangkap
·      Pengusiran dengan gelombang elektromagnetik
3.    Biologis
·      Kucing, anjing dll.
4.    Kimia
·      Fumigasi
Rodentisida
1.    Inspeksi tikus dan initial survey.
2.    Pengendalian dengan pemanfaatan musuh alami
3.    Sanitasi
4.    Perangkap
5.    Pemanfaatan Rodentisida
6.    Fumigant
7.    Kemostrerilan
8.    Rat Proofing

1.    Kultur teknis
·      Pengaturan pola dan jarak tanam
·      Tanam serentak
·      Pembersihan tanggul
·      Tanaman perangkap
2.    Sanitasi Lingkungan
3.    Fisik
·      TBS
·      Gropyokan
·      Pengusiran tikus
4.    Biologis
·      Ular, garangan, musang, burung alap-alap tikus
5.    Kimia
·        Rodentisida
Pengemposan tikus

2.6.Kemampuan Indera
o    Indera penglihatan
       Mata tikus telah dibiasakan untuk melihat di malam hari. Penglihatan tikus kurang berkembang dengan baik, tetapi mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap cahaya. Jadi, tikus mempunyai kemampuan untuk mengenali bentuk benda dalam cahaya yang remang-remang. Pada jarak pandang 10 m, tikus masih dapat mengenali bentuk benda yang ada di depannya. Bahkan, mencit dapat mengenali bentuk benda yang ada di depannya sampai jarak 15 m.
       Tikus merupakan hewan yang buta warna. Sebagian besar warna ditangkap oleh penglihatan tikus sebagai warna kelabu. Ada kecenderungan bahwa tikus lebih tertarik pada warna-warna kuning, hijau terang yang ditangkap oleh tikus sebagai warna kelabu cerah (terang). Kenyataan ini dipergunakan oleh manusia untuk memberikan warna kuning atau hijau terang pada umpan beracun untuk menariknya, sekaligus merupakan warna yang dapat mengusir burung-burung.
       Di laboratorium, dengan intensitas cahaya yang lemah atau dengan cahaya merah, menyebabkan tikus lebih mudah dikendalikan atau ditangani daripada di tempat dengan cahaya yang terang. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk menangani tikus yang sedang dalam penelitian.
o    Indera penciuman
       Tikus memiliki indera penciuman yang berkembang dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas tikus menggerak-gerakkan kepala serta mendengus pada saat mencium bau pakan, tikus lainnya atau musuhnya. Penciuman tikus yang baik ini juga bermanfaat untuk mencium urine dna sekresi genitalia. Dengan kemampuan ini tikus dapat menandai wilayah pergerakan tikus lainnya, mengenali jejak tikus yang masih tergolong dalam kelompoknya, serta mendeteksi tikus betina yang sedang esterus (birahi)
       Indera penciuman tikus yang tajam dapat dimanfaatkan oleh manusi untuk menrik atau mengusir tikus dari suatu temoat. Salah satu contoh, untuk menarik tikus jantan dapat digunakan bahan kimia (attractant). Bahan kimia ini dapat dibuat dari senyawa kimia sintetis yang mirip dengan senyawa yang dikeluarkan oleh tikus betina pada saat birahi.
o    Indera pendengaran
       Sebagian besar rodent termasuk tikus, memiliki tanggap akustik bimodal cochlear yang artinya ada dua puncak akustik yang dapat dideteksi tikus. Pertama, pada selang audible, yaitu frekuensi 40 kHz untuk tikus dan 20 kHz untuk mencit. Kedua, pada suara ultrasonik yang dihasilkan oleh hewan itu sendiri, yaitu mencapai frekuensi 100 kHz untuk tikus dan 90 kHz untuk mencit.
       Suara (sinyal) ultrasonik digunakan oleh tikus untuk melakukan komunikasi sosial, terutama pada tikus jantan. Tikus jantan mengeluarkan suara tersebut pada saat melakukan aktivitas seksual maupun berkelahi dengan tikus jantan lainnya untuk menentukan daerah kekuasaannya.
       Anak tikus yang baru berumur 5-15 hari akan mengeluarkan suara dengan frekuensi 40-65 kHz pada saat mereka kehilangan induknya dan induknya yang masih menyusui akan berusaha untuk mencarinya. Anak tikus yang baru lahir akan mengeluarkan suara ultrasonik. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap lingkungan baru yang relatif dingin dibandingka dengan lingkungan dalam perut induknya. Hal yang sama juga terjadi jika induknya sedang keluar dari sarang.
       Kemampuan indera pendengaran tikus ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus dengan bantuan suara ultrasonik yang direkam dalam pita suara.
o    Indera perasa
       Tikus dapat mendeteksi dan menolak minuman yang mengandung 3 ppm senyawa phenylthiocarbamide, suatu senyawa racun yang pahit.
       Kemampuan tikus untuk mendeteksi zat-zat yang pahit, bersifat toksik atau berasa tidak enak berhubungan dengan pengendalian tikus yang menggunakan umpan beracum. Kemampuan tersebut dapat menyebabkan tikus dapat menolak racun tersebut atau menimbulkan masalah dosis sub-lethal (dosis racun yang tidak sampai membunuh tikus yang memakannya).
o    Indera peraba
       Rambut-rambut halus dan panjang yang tumbuh diantara rambut pada bagian tepi tubuhnya dan kumis digunakan untuk meraba. Bentuk rabaan tersebut dapat berupa sentuhan dengan lantai, dinding, maupun benda-benda yang ada didekatnya.dengan demikian, hal ini dapat membantu tikus untuk menentukan arah dan memberikan tanda bahaya jika ada lubang atau rintangan di depannya.
       Tikus cenderung bergerak dengan cara menyentuhkan bagian-bagian yang sensitif pada permukaan vertikal suatu benda. Biasanya tikus bergerak antara obyek melalui suatu jalan khusus yang selalu diulang-ulang yang disebut dengan thigmotaxis. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh manusi dalam pengendalian tikus dengan cara meletakkan perangkap atau umpan beracun pada run-way tikus tersebut.

2.7.Kemampuan Fisik
o    Menggali (digging)
Penggalian yang dilakukan tikus ini bertujuan untuk membuat sarang yang biasanya tidak melebihi kedalaman 50 cm. Walaupun demikian tikus mampu menggali melebihi kedalaman 200 cm tanpa mengalami kesulitan terutama pada tanah-tanah yang gembur.
Sistem sarang di dalam tanah ini sering diperpanjang oleh tikus dengan membuat lorong-lorong tambahan yang saling berhubungan dengan beberapa pintu alternatif, terutama bila populasinya meningkat.
o    Memanjat (Climbing)
Beberapa spesies tikus bersifat arboreal. Artinya, tikus tersebut mampu memanjat pohon, memanjat permukaan tembok yang kasar, berjalan pada seutas kawat, dan turun dari suatu ketinggin dengan kepala menuju ke bawah tanpa mengalami kesulitan.
Kemampuan tikus arboreal dalam memanjat ditunjang oleh adanya tonjolan pada telapak kaki yang disebut dengan Footpad. Tonjolan tersebut biasanya berukuran lebih besar dan permukaannya lebih kasar dibandingkan dengan tikus terestrial yang memang kurang pandai memanjat. Footpad ini masih ditambah oleh cakar yang ebrguna untuk memperkuat pegangan, serta ekor sebagai alat untuk keseimbangan pada saat memanjat. Ekor tikus arboreal berukuran lebih panjang daripada kepala dan badannya dibandingkan dengan ekor tikus terestrial yang lebih pendek daripada kepala dan badannya.
o    Meloncat (Jumping)
Sesuai dengan otot-otot kakinya yang relatif kuat, tikus dapat melonct cukup baik.
o    Mengerat (Gnawing)
Tikus dan mencit mengerat dengan bantuan bahan-bahan yang keras. Menurut catatan, tikus dapat merusak bahan-bahan yang keras sampai nilai 5,5 pada skala kekerasan geologi. Bahan-bahan yang dikerat tersebut termasuk kayu pada bangunan, lembaran alumunium, beton berkualitas buruk dan aspal. Logam yang dilapisi secara galvanis dan bahan-bahan yang mempunyai skala kekerasan geologi lebih dari 5,5 tidak dapat tembus oleh gigi seri tikus. Dengan demikian, bahan-bahan tersebut sering dipakai sebagai barier atau penghalang mekanis dari gangguan tikus.
o    Berenang (Swimming) dan Menyelam (Diving)
Tikus merupakan hewan yang pandai berenang. Di dalam suatu percobaan untuk melihat kemampuan tikus berenang dalam keadaan terpaksa, tikus dapat berenang selama 50 – 72 jam pada suatu bak air dengan sushu 35 celcius dengan kecepatan berenang 1,4 km/jam untuk tikus 0,7 km/jam untuk mencit. Kemampuan menyelam yang dimiliki tikus, maksimum mencapai 30 detik. Tikus berenang dengan menggunakan kedua kaki belakangnya dengan cara menendang secara bergantian.

2.8.Siklus Hidup
     Tikus merupakan hewan yang mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi, terutama bila dibandingkan dengan hewan menyusui lainnya. Hal ini ditunjang oleh bebrapa faktor sebagai berikut :
o  Matang seksual cepat, yaitu antara 2-3 bulan.
o  Masa bunting singkat, yaitu 21-23 hari;
o  Terjadi post partum oestrus, yaitu timbulnya berahi kembali segera (24-48 jam) setelah melahirkan.
o  Dapat melahirkan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, yaitu sebagai hewan poliestrus.
o  Melahirkan dalam jumlah banyak yaitu 3-12 ekor dengan rata-rata 6 ekor per kelahiran.
2.9.Tanda ada atau tidaknya tikus
o    Feses atau Kotoran
Keberadaan feses dapat mencirikan apakah tikus tersebut masih berada di sekitar tempat itu atau sudah pergi menjauh. Hal ini dapat dilihat dari keadaan fesesnya masih basah atau sudha kering. Apabila fesesnya masih basah kemungkinan tikus masih berada di sekitar tempat tersebut. Sebaliknya, jika fesesnya sudha kering maka tikus kemungkinan sudah pergi menjauh.
Lampu ultraviolet dengan cahaya biru putih dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan urine tikus, akan tetapi dalam prakteknya hal ini masih sulit untuk dilaksanakan.
o    Kerusakan
Kerusakan yang ditimbulkanoleh tikus biasnaya berhubungan dengan pertumbuhan gigi serinya yang terus menerus sehingga perlu dikurangi. Selain itu, tikus perlu mengerat untuk mencari pakan yang tersembunyi di dalam kardus atau kotak.
o    Tanda atau Noda Olesan
Sesuai dengan perilaku tikus yang selalu berjalan pada jalur jalan yang tetap (run way), pada jalur jalan tersebut tampak bekas sentuhan badan tikus dengan dinding atau benda-benda yang dilaluinya berupa bercak kotor. Selian itu, tikus juga menimbulkan jejak kaki (food print) di lantai atau tempat yang berdebu di dalam rumah atau pada tanah becek. Di luar rumah.
Ukuran dan bentuk rupa jejak kaki tikus merupakan tanda untuk identifikasi spesies tikus. Dalam keadaan tertentu, perlu ditambah alas yang diberi debu, tepung, atau tinta untuk memudahkan menandai jejak kaki, ekor dan badan tikus.

o    Sarang
Sarang tikus, baik pada benda buatan manusia atau yang alami merupakan pertanda dari kemapanan suatu populasi tikus. Jika sarang tersebut sudah ditutupi oleh jaringan laba-laba atau runtuhan puing-puing di pintu masuknya maka dapat dipastikan bahwa sarang tersebut sudah tidak digunakan lagi.
Salah satu hal yang paling sulit salam mengendalikan tikus adalah jika tikus tersebut bersarang di dalam sumber paknnya, misalnya pada karung-karung serealia. Kehadiran tikus di tempat tersebut sudah dideteksi.
Untuk mendeteksi sarang tikus, apakah masih dihuni atau sudah ditinggalkannya, dapat dilakukan dengan cara menutup semua pintu sarang tersebut dengan gundukan tanah, kemudian dilihat keesokan harinya. Jika gundukan tanah tersebut berlubang, artinya sarang tersebut masih digunakan oleh tikus ( sarang aktif ).
o    Bau
Tikus mengeluarkan bau yang khas. Hal ini dapat diketahui jika tikus tersebut sudha lama menghuni suatu tempat. Dengan demikian, kehadiran tikus melalui baunya tidak dapat diketahui dalam waktu yang singkat.
o    Tikus hidup atau Mati
Untuk dapat melihat tikus hidup pada siang hari merupakan hl yng sulit karena tikus merupakan hewan yang aktif pada malam hari (noktural). Namun jika populasi tikus sudah sangat tinggi pada siang hari pun dapat dijumpai tikus yang aktif mencari pakan.
Jiks melihat tikus yang sudah mati, perlu diperhatikan apakah bangkainya masih segar atau sudah kering (kaku). Bangkai tikus yang masih segar mencirikan infestasi tikus masih ada, sedang bangkai tikus yang sudah kering (kaku) mencirikan keadaan sebaliknya.
Usaha untuk mendapatkan tikus, baik dalam keadaan hidup maupun mati, dapat dilakukan dengan cara penggunaan perangkap. Perangkap yang dapat digunakan misalnya live trap untuk mendapatkan tikus hidup atau snap trap untuk mendapatkan tikus mati.

2.10.        Pengaruh Tikus Terhadap Kesehatan
Penyakit yang ditularkan tikus atau hewan lainnya ke manusia dan sebaliknya secara umum dikenal sebagai zoonosis. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan oleh tikus adalah sebagai berikut:
1.    Pes (plague)
Sebagaipembawapenyakitpes, yang merupakanpenyakit yang disebabkanolehpinjaltikusdandapatditularkankepadamanusia.Penyakitinimerupakanpenyakitzoonosaterutamapadatikusdan rodent lain yangdapatditularkankepadamanusia.PenyakitPesjugadikenalsebagaipenyakitsampariniadalahpenyakit yang sangat fatal yang disebabkanolehbakteriyarsiniapeptis.PenyakitPesdibagimenjadi 2 yaitu :
o  PesPubo              :  ditandaidengandemam yang tinggi, tubuhmenggigil,perasaantidakenak, malas, nyeriotot, sakitkepalahebat, pembengkakankelenjar (lipatpaha, ketiak, leher).
o  Pes Pneumonic  :gejalabatukhebat, berbuih, air liurberdarah, sesaknafasdansusahbernafas.

2.    Salmonellosis
     Salmonellosis secara umum merupakan penyakit pada manusia atau hewan yang disebabkan oleh bakteri dari genus salmonella yang biasa meracuni makanan. Bakteri salmonella dengan ratusan serotipe dapat menginfeksi hewan peliharaan, hewan ternak dan hewan liar (termasuk rodent). Tikus yang terinfeksi oleh bakteri  S. Typhimurium atau S. Esteriditis dapat menyebabkan kematian.
     Gejala yang timbul pada manusia akibat infeksi bakteri ini adalah sakit perut, gastroenteritis akut, diare, rasa mual, muntah dan demam yang diikuti dengan dehidrasi. Penyebab penyakit ini dari tikus ke manusia terutama akibat kontaminasi dari feses dan urine tikus pada makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh manusia.
3.    Leptospirosis
     Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penting pada manusia, tikus, anjing, babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh Spirochaeta Leptospira icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urine tikus atau kontak dengan jaringan tikus yang mengandung patogen ini. Patogen ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui membran mukosa atau garukan pada kulit. Penyakit ini sering terjadi pada pelaut, penambang, pekerja di selokan, pedagang ikan dan pekerja di pejagalan. Gejala penyakit ini ditandai dengan demam, kedinginan, muntah, conjunctivitis, meningitis, sakit kuning (jaundice), serta pendarahan pada kulit dan membran mukosa.
4.    Murine typhus
     Penyakit ini disebabkan oleh Rickettsia typhi (R. Mooseri) yang ditularkan dari tikus ke manusia melalui gigitan pinjal Xenopsylla cheopsis. Gejala penyakit ini pada manusia adalah sakit kepala, kedinginan, prostation, demam, dan nyeri di seluruh tubuh. Bintil-bintil merah pada kulit timbul pada hari kelima sampai keenam.
5.    Rickettsial pox
     Rickettsial pox adalah penyakit pada manusia dan mencit yang disebabkan oleh gigitan tungau Allodermanyssus sanguineus yang menularkan patogen Rickettsia akari. Pada manusia penyakit ini ditandai dengan adanya bercak yang mula-mula berkembang di sekitar gigtan tungau. Seminggu kemudian timbul demam, kedinginan, dan sakit kepala. Dua sampai tiga hari kemudian muncul bintik-bintik merah menyerupai cacar pada permukaan tubuh.
6.    Lassa dan rodent-borne Haemorrhagic Fevers
     Demam lassa adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dari kelompok arenavirus. Gejalanya tampak selama satu sampai empat minggu berupa malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, nausea, muntah, diare, nyeri otot, nyeri dada dan perut, pembengkakan pada kelenjar limfa, serta pembengkakan pada leher. Penyakit ini terutama disebarkan oleh tikus Mastomys natalensis sebagai vektor utama dari virus. Cara penularan melalui sekresi hidung, feses dan urine tikus. Kejadian penyakit ini terutama dijumpai di daerah Afrika Barat bagian tengah. Demam haemorrhagic di Bolivia ditularkan oleh mencit Calomys callosus, sedangkan di Argentina disebabkan oleh mencit C. Laucha dan C. Musculinus. Patogen dari demam ini juga dari golongan virus.
7.    Lymphocytic choriomeningitis
     Lymphocytic choriomeningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus (LCM virus) yang ditularkan ke manusia terutama oleh mencit rumah Mus musculus, melalui kontak dengan feses, urine, atau air liur mencit yang mengkontaminasi makanan atau debu. Gejala penyakit ini dimulai dari gejala yang mirip influenza, beberapa hari kemudian timbul gejala meningeal yaitu mengantuk, gangguan refleks, paralisis, dan anastasia kulit.
8.    Rabies
     Gigitan tikus kadang-kadang dapat menularkan rabies prophylaxis. Diperlukan informasi lebih lanjut untuk mengetahui peranan tikus yang hidup di sekitar manusia, sebagai penular rabies pada negara-negara endemik penyakit ini.
9.    Rat-bite Fever
     Demam karena gigitan tikus ini terutama terjadi pada anak-anak di bawah umur 12 tahun dengan masa inkubasi 1-22 hari menimbulkan gejala kedinginan, demam, muntah, dan sakit kepala. Dua patogen  yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah bakteri Spirillium minus (termed sodoku) dan Streptobacillus moniliformis (haverhill fever).

10.     Trichinosis
     Penyakit ini disebabkan oleh nematoda Trichinella spiralis. Larva dan kistanya menginfeksi otot dan usus halus tikus serta babi.tikus dapat terinfeksi oleh patogen ini dengan cara makan daging babi setengah matang yang terdapat pada sampah sisa makanan manusia, sedangkan babi dapat terinfeksi patogen ini dengan cara makan pakan yang terkontaminasi feses tikus. Pada manusia penyakit ini menimbulkan demam, gastrointestinal (sakit pada lambung dan usus halus), nyeri otot, dan eosinophilia. Salah satu cara untuk memutus siklus penyakit ini adalah dengan memasak daging babi sampai betul-betul matang, sebelum dikonsumsi oleh manusia.

2.11.        Metode Pengendalian
1.    Pengendalian sanitasi
     Sanitasi dilakukan dirumah atau digudang, untuk mengusir tikus penghuni rumah. Caranya dengan membersihkan sampah atau membenahi tumpukan barang sehingga mengurangi kemungkinan tikus menetap dan bersarang di tempat tersebut.
2.    Pengendalian fisik dan mekanis
Prinsip dasar dari pengendalian secara fisik dan mekanis adalah sebagai berikut :
o  Membunuh tikus secara langsung dengan bantuan alat-alat seperti senapan angin, tombak, parang, perangkap, dan sebagainya.
o  Mengusir tikus dengan bermacam-macam alat yang tidak bersifat kimia, baik pengusir itu bersifat sementara maupun permanen.
o  Melindungi tanaman atau benda-benda lain dari serangan tikus.
Pengendalian secara fisik dan mekanis terdiri dari beberapa cara sebagai berikut:
a.    Suara ultrasonik
Menurut beberapa hasil penelitian diketahui bahwa suara-suara yang dapat menyebabkan tikus menjadi stress dapat mengubah hormonal tikus. Sebagai contoh, suara dengan frekuensi 20 khz dan intensitas 98-100 desibel selama dua menit akan menyebabkan diuresis dan hipertrofi jantung tikus. Suara ultrasonik dengan frekuensi 20 khz dan intensitas 160 desibel selama satu menit dapat melukai, bahkan membunuh.
b.    Gelombang elektromagnetik
Sebagai pengembangan dari alat-alat penghasil suara ultrasonik, para ahli menciptakan alat penghasil gelombang elektromagnetik yang dapat mempengaruhi perilaku tikus sehingga dapat digunakan untuk mengendalikannya. Gelombang elektromagnetik ini diharapkan dapat mengusir tikus atau menyebabkan tikus berhenti makan atau berhenti bereproduksi. Alat-alat ini dinyatakan berbahaya bagi semua hama, mulai dari serangga sampai tikus, tetapi tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar natrium yang dikandung oleh hewan-hewan liar (hama) yang membuat hewan tersebut menjadi lebih rentan. Medan listrik dan medan magnet telah dipercaya dapat mengganggu fisiologi hewan, demikian juga terhadap tikus. Akan tetapi,  dengan beragamnya gangguan fisiologis hewan maka bentuk gangguan tersebut pada hewan uji di tempat yang lain dapat berbeda-beda sehingga sulit untuk diketahui dengan pasti.
c.    Perangkap
Perangkap tikus merupakan metode pengendalian yang paling tua, tetapi tidak banyak diteliti oleh para ahli karena dianggap kurang ilmiah. Bermacam-macam perangkap tikus telah dibuat, antara lain live trap (perangkap hidup), break-back trap atau snap trap (perangkap mati), sticky –board trap (perangkap berperekat), gin trap dan pitfall trap (perangkap jatuhan).
d.   Sinar ultraviolet
Telah diketahui bahwa beberapa serangga tertarik oleh sinar ultraviolet, tetapi di Australia justru terjadi keadaan yang sebaliknya terhadap tikus dan mencit. Hal ini dapat dipahami karena tikus merupakan hewan nokturnal yang tidak tahan menghadapi cahaya. Dengan demikian, sinar ultraviolet disini berperan sebagai bahan pengusir.
e.    Penghalang
Di dalam membuat barrier diusahakan untuk menggunakan bahan-bahan yang tidak dapat ditembus oleh keratan gigi seri tikus misalnya seng tebal, aluminium tebal, beton, ram kawat yang tebal dsb. Selain itu barrier dapat dibuat  dari pagar yang diberi aliran listrik dengan tegangan yang rendah (10 volt) yang cukup membuat tikus tersengat dan pergi, tetapi tidak berbahaya bagi manusia dan hewan lainnya.
3.    Pengendalian biologi
     Pengendalian tikus secara biologi dilakukan dengan menggunakan parasit, predator atau patogen  untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan populasi tikus dari suatu habitat, contohnya predator kucing.
4.    Pengendalian kimiawi
     Pengendalian kimiawi didefinisikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh tikus, baik aktivitas untuk makan, minum, mencari pasangan, maupun reproduksinya. Secara umum pengendalian kimiawi terhadap tikus dapat dibagi menjadi empat bagian:
a.    Penggunaan umpan beracun (racun perut)
b.    Penggunaan bahan fumigan (racun nafas)
c.    Penggunaan bahan kimia penolak (repellant) atau bahan kimia penarik (attraktant)
d.   Penggunaan bahan kimia pemandul (chemosterilant)







BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Analisis
Berdasarkan artikel yang bersumber dari http://health.kompas.com/index.php/read/2011/03/15/06/06174079/Leptospirosis.Merebak.di.Kulon.Progo tertanggal 15 Maret 2011 dengan judul “Leptospirosis Merebak di Kulon Progo” menjelaskan bahwa Penyakit Leptospirosis yang disebabkan karena kencing tikus masih tinggi didaerah ini.
Kejadian ini sudah menjadi KLB di Daerah Iatimewa Yogyakarta. Setiap tahunnya penderita penyakit ini mengalami peningkatan, tak sedikit diantaranya meninggal. Warga yang terjangkit penyakit ini kebanyakan adalah Petani dan Peternak.
Berdasarkan kasus yang terjadi di daerah ini, maka perlu diadakan sosialissi kepada penduduk mengenai pencegahan penyakit, tanda-tanda awal / gejala penyakit supaya apabila ada yang memiliki tanda-tanda gejala penyakit ini dapat segera ditangani, serta pengendalian terhadap Tikus sendiri yang diduga bahwa urine nya mengandung bakteri Leptospira sp.
Pengendalian daripada Tikus ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.      Pengendalian sanitasi
2.      Pengendalian fisik dan mekanis
·      Suara ultrasonik
·      Gelombang elektromagnetik
·      Perangkap
·      Sinar ultraviolet
·      Penghalang
3.    Pengendalian biologi dengan memeberikan predator

4.    Pengendalian kimiawi
·         Penggunaan umpan beracun (racun perut)
·       Penggunaan bahan fumigan (racun nafas)
·       Penggunaan bahan kimia penolak (repellant) atau bahan kimia penarik (attraktant)
·       Penggunaan bahan kimia pemandul (chemosterilant)

















BAB 4
PENUTUP
4.1.  Kesimpulan
Tikus dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya yaitu Leptospirosis.
Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penting pada manusia, tikus, anjing, babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh Spirochaeta Leptospira icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urine tikus atau kontak dengan jaringan tikus yang mengandung patogen ini. Patogen ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui membran mukosa atau garukan pada kulit. Penyakit ini sering terjadi pada pelaut, penambang, pekerja di selokan, pedagang ikan dan pekerja di pejagalan. Gejala penyakit ini ditandai dengan demam, kedinginan, muntah, conjunctivitis, meningitis, sakit kuning (jaundice), serta pendarahan pada kulit dan membran mukosa.
Salah satu pencegahan daripada penyakit ini adalah dengan mengendalikan populasi Tikus yaitu dengan :
1.      Pengendalian sanitasi
2.      Pengendalian fisik dan mekanis
·      Suara ultrasonik
·      Gelombang elektromagnetik
·      Perangkap
·      Sinar ultraviolet
·      Penghalang
3.    Pengendalian biologi dengan memberikan predator
4.    Pengendalian kimiawi
·         Penggunaan umpan beracun (racun perut)
·       Penggunaan bahan fumigan (racun nafas)
·       Penggunaan bahan kimia penolak (repellant) atau bahan kimia penarik (attraktant)
·       Penggunaan bahan kimia pemandul (chemosterilant)
4.2.  Saran
Untuk mengendalikan populasi Tikus sehingga dapat meminimalkan bahaya penyakit yang dikibatkan Tikus, maka sebaiknya kita harus membiasakan hidup Bersih dan Sehat yaitu dengan memperhatikan kebersihan diri kita dan kebersihan lingkungan tempat tinggal kita, kerena pada dasarnya Tikus itu tinggal di tempat yang kotor. Jadi apabila kita tinggal yang tertata dengan rapi dan bersih atau tempat yang tidak disukai tikus, maka akan sedikit sekali kemungkinan kita berkontak dengan tikus.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

mbak, copas yah :p

Unknown mengatakan...

oke... makasih ya... jgn lupa follow juga ya...

Posting Komentar