PENGENDALIAN FLEA (PINJAL/KUTU LONCAT)
1. Pengertian
Flea merupakan sejenis serangga disebut juga kutu loncat / pinjal. Flea merupakan serangga pemakan darah tanpa sayap (ordo siphonaptera). Karakteristik gerakannya melompat dan memiliki tubuh yang kecil. Mereka mencari menggigit sebagian besar adalah binatang menyusui tetapi juga pada burung.
Pinjal merupakan kutu hitam halus yang jago melompat. Berukuran sekitar 1-2 mili meter dan terlihat tipis (gepeng). Dengan ukuran sangat kecil, Pinjal mampu bergerak cepat berseliweran di antara bulu anjing anda. Pinjal merupakan kutu hewan umum. Selain anjing, Pinjal juga suka hinggap di kucing, kelinci, kambing, tikus, hamster dan lain-lain, bahkan juga suka mengigit manusia. Pinjal bisa menjadi pembawa penyakit antar hewan, terutama dari hewan liar, Karena induk semangnya banyak.
2. Pinjal terbagi menjadi 4 famili
1) Famili Ceratophyllidae
Anggota Famili Ceratophyllidae banyak merupakan ektoparasit pada hewan domestic seperti Ceratophyllus niger yang merupakan ektoparasit pada anjing, kucing, dan tikus; dan Cerathophyllus gallinae merupakan parasit pada ayam yang dikenal sebagai pinjal ayam eropa.
2) Famili Leptospyllidae
Salah satu anggota family ini adalah Leptopsyllla segnis yang merupakan pinjal tikus (mouse flea).
3) Famili Pulicidae
Anggota pada family ibi banyak merupakan hama pada manusia dan hewan-hewan domestic serta menjadi vector penting penyakit seperti penyakit pes dan tifus. Echinophaga gallinae (pinjal ayam) merupakan parasit pada ayam, tetapi dapat juga menginfestasi anjing, kuda, dan manusia; Ctenophalindes canis menginfestasi anjing sehingga disebut pinjal anjing; Ctenophalindes felis menginfestasi kucing sehingga disebut pinjal kucing; Pulex irritans (pinjal manusia) bersifat kosmopolit dan dapat menginfestasi hewan-hewan domestic lainnya; Xenopsilla cheopis yang dikenal dengan pinjal tikus oriental (oriental rat flea) bersifat kosmopolit dimana terdapat Rattus rattus.
4) Famili Tungidae
Jenis pinjal ini beradaptasi melekat secara permanen pada bagian dalam kulit (intracuteneous) dari inang. Salah satu anggota yang terpenting adalah Tunga penetrans yang dikenal dengan nama “jingger”, “chigger” atau pinjal pasir.
3. Morfologi
Secara morfologis berbentuk pipih lateral dibandingkan dengan kutu manusia (Anoplura) yang berbentuk pipih, tetapi rata atau horizontal dengan permukaan. Serangga pinjal memiliki ciri morfologis yang sangat khas, yakni berbentuk pipih horizontal, tidak bersayap, tanpa mata majemuk, memiliki dua oseli, antena pendek tetapi kuat, alat-alat mulut dimodifikasi dalam bentuk menusuk dan mengisap, bersifat ektoparasit pada hewan-hewan berdarah panas.
Pinjal jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yg dewasa menghisap darah. Pinjal mempunyai kitin yang tebal. Kepala lekuk tempat antenna yang bersegmen disimpan. Tiga segmen thoraks dikenal sebgai pronotum, mesonotum dan meranotum. Segmen yang terakhir tersebut berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut meloncat. Di atas alat mulut di bagian eksternal pada beberapa jenis pinjal terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir dan duri-duri, yaitu ktenedium genal, duri-duri tersebut untuk membedakan jenis pinjal.
Ciri-ciri yang lain adalah:
- Ukuran 1,5- 4 mm.
- Tubuh berwarna coklat diliputi lapisan cithin.
- Mulut berfungsi untuk menusuk dan menghisap.
- Mata memiliki serabut.
- Kaki panjang dan kuat (mampu meloncat jauh).
- Abdomen terdiri dari 10-12 segmen.
4. Perilaku dan Kebiasaan Pinjal
Pengetahuan mengenai perilaku dan kebiasaan pinjal sangat diperlukan dalam rangka mengurangi dan mengendalikan adanya pinjal di sekitar kita yang dapat mengganggu. Perilaku serta kebiasaan yang sering di perlihatkan oleh pinjal antara lain:
1) Jika memungkinkan pinjal akan makan beberapa kali selama sehari.
2) Jumlah pinjal yang banyak bisa dikenali dengan bercak pada pakaian dan alas bantal akibat buangan sisa pencernaan darah yang dihisap pinjal tersebut.
3) Pinjal dewasa juga mampu bertahan hidup beberapa bulan tanpa makanan.
4) Pinjal juga dapat melompat jauh untuk mencari mangsa yang lain, pinjal dpt melompat sejauh 30 cm.
5) Pinjal biasanya hidup di hewan mamalia berbulu umumnya pada anjing, kucing, tikus, kelinci, dan ayam.
6) Kebiasaan pinjal menghisap darah pejamu sebagai makanan.
7) Sebagian besar masa hidup pinjal dewasa berada disela-sela rambut/bulu binatang, dikasur dan ada juga di pakaian manusia.
5. Siklus Hidup Flea (Pinjal)
Siklus hidup pinjal merupakan metaorfosis sempurna karena melalui 4 tahap siklus hidup pinjal, yaitu: telur, larva,pupa, dan pinjal dewasa.
* Tahap Telur
Pinjal betina meletakkan telurnya diantara bulu-bulu inang/hewan tempat hidupnya. Pinjal betina bertelur 20-28 buah/hari. Selama hidupnya seekor pinjal bisa menghasilkan telur hingga 1800 buah. Berukuran 0,4-0,5 mm, berbentuk oval, berwarna putih, saat akan menetas berwarna kuning kecoklatan. Karena telur tersebut kering, maka akan jatuh dari inangnya saat inang melakukan aktivitas, seperti sarang, lantai, karpet, rumput, dan lain-lain. Telur-telur ini menetas dalam waktu 2-12 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban habitat telur. Suhu dan kelembapan yang menguntungkan ialah suhu antara 18⁰-27⁰C dan kelembapan sekitar 75-80%.
* Tahap Larva
Telur-telur pinjal menjadi larva-larva kecil setelah 9-12 hari, berwarna muda dan seperti cacing. Larva-larva ini terdapat dilantai, retak-retak pada dinding, permadani, sarang tikus, kandang ayam, kandang anjing, sarang burung, dan sebagainya. Larva-larva hidup dari segala macam parasit kecil dan sisa-sisa organic, yaitu dari kotoran pinjal atau darah kering, kulit-kulit mati. Larva-larva mengalami 2x tukar kulit selama 1 minggu sampai beberapa bulan.
* Tahap Pupa
Larva berubah menjadi pupa yang dibungkus dengan kokon yang dikotori oleh pasir dan sisa-sisa kotoran lain. Stadium pupa berlangsung selama 1 minggu sampai 6 bulan, Tergantung dari kondisi cuaca. Pupa tahap yang paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai satu tahun.
* Tahap Dewasa
Dari pupa akhimya pinjal dewasa. Pinjal dewasa keluar dari kepompongnya waktu mereka merasa hangat, getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya, dalam waktu 24 jam pinjal ini sudah bisa mulai menggigit dan mengisap darah.. Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan memulai siklus baru. Daur hidup pinjal secara normal berkisar 2-3 minggu, jika suhu dan kelembapannya tidak mendukung daur hidup pinjal akan membutuhkan waktu lebih lama dan seluruh tahap dapat mencapai 1 tahun atau lebih.
Umur rata-rata pinjal sekitar 6 minggu, tetapi pada kondisi tertentu dapat berumur hingga 1 tahun.
6. Jenis Pinjal berdasarkan Famili Pulicidae
Jenis | Uraian | Gambar |
Pinjal Tikus (Xenopsilla cheopis) | Yang menularkan penyakit pes (sampar) dan murine typhus pada manusia. Morfologi : - mempunyai satu psang antena, tiga pasang kaki, mesopleuron yang terbagi tegak lurus Gejala klinis : - radang dan pembesaran limfe - pes septikemia - pes paru-paru | |
Pinjal Manusia (Pulex irritans) | Morfologi : tidak mempunyai sisir dan garis penebalan pd mesopleuron Gejala klinis : - gigitannya menimbulkan rasa sakit - bila trjadi infeksi sekunder dpt terbentuk ulkus. | |
Pinjal Anjing (Ctenophalides canis) dan Pinjal Kucing (Ctenophalides felis) | Morfologi: - sisir pronotal genal - gigi satu dan dua sama besar - kepala lancip Gejala klinis: - terjadi radang - demam - splenomegali | Pinjal Anjing: Pinjal Kucing: |
7. Diagnosa
· Diagnosa Flea pada hewan seperti anjing dan kucing dapat dilakukan dengan melihat adanya kotoran seperti butiran pasir diantara bulu kucing.
· Biasanya flea dapat ditemukan pada daerah yang berbulu lebat seperti pada bagian leher.
· Biasanya hewan yang berkutu atau sebagai habitat dari pinjal mempunyai kebiasaan menggaruk dan merasa gelisah, akibat dari gigitan dari pinjal apabila dibiarkan akan mengakibatkan penyakit Flea Allergy Dermatitis (FAD).
8. Pengaruh Pinjal Terhadap Kesehatan
Pinjal juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia,antara lain:
· Flea Allergy Dermatitis (FAD) atau Penyakit alergi kulit
Penyakit kulit alergi kutu loncat. Waktu seekor kutu menggigit hewan peliharaan anda, ia memasukan ludah ke dalam kulit. Hewan peliharaan anda mendevelop reaksi alergi terhadap ludah/saliva (FAD) yang menyebabkan rasa gatal yang amat gatal. hewan peliharaan akan menggaruk atau mengigit-gigit berlebihan di daerah ekor, selangkangan atau punggung, jendolan juga akan muncul di sekitar leher dan punggung. Berikut gambar salah satu contoh akibat FAD pada anjing:
· Anemia
Terjadi jika flea terlalu banyak menghisap darah, biasanya pada yang muda, namun yang tua pun tidak menutup kemungkinan mengalami anemia jika terlalu banyak kutu loncat yang menghisap darahnya. Gejala anemia termasuk, gusi pucat, lemas dan lesu pada hewan peliharaan.
· Cacing Pita – Dipylidium canium
Cacing pita (tapeworm) disalurkan oleh kutu loncat pada tahap larva waktu makan di lingkungan hewan peliharaan. Telur-telur tumbuh di dalam kehidupan yang tidak aktif dalam perkembangan kutu loncat ini. Setelah dipindahkan, cacing pita berkembang menjadi cacing dewasa di usus hewan peliharaan. Disamping itu, pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia.
· Penyakit pes (plague, pes)
Penyakit pes bersifat zoonosis yang melibatkan roden (tikus) dan pinjal. Agen penyebab utama adalah bakteri Yersinia pestis (Pasteurella pestis). Penyakit pes dicirikan oleh ledakan-ledakan populasi tikus secara periodik yang dapat mengakibatkan kematian manusia dalam jumlah yang besar terutama di daerah-daerah pedesaan dan perkotaan. Selama ledakan populasi tikus terjadi, pinjal-pinjal yang terinfeksi dan lapar yang telah kehilangan inang utamanya (tikus) mencari sumber darah lain, termasuk manusia dan hewan-hewan lain.
Penyakit Pes adalah penyakit yang terdapat pada hewan rodent dan menular ke manusia melalui gigitan pinjal. Pes memiliki nama lain plague, sampar atau La peste Penyebab Penyakit Pes adalah bakteri Yersinia pestis (Pasteurella pestis), sedangkan reservoir (hewan perantara) utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing juga sebagai sumber penularan kepada manusia, sedangkan anjing dapat dipakai sebagai indikator untuk mendeteksi adanya penyakit pes ini. Penyakit pes dapat ditularkan dari tikus ke manusia melalui gigitan pinjal (kutu: Xenopsylla cheopsis, Culex iritans) yang merupakan vektor dari penyakit ini (Anonim, 2008).
Penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea). Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan- bulan lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.
Pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis (Pasteurella pestis). Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2X0,5-0,7 mikron. Bersifat bipolar,non motil,non sporing. Gram negatif. Pada suhu 280C merupakan suhu optimun tetapi kapsul terbentuk tidak sempurna. Pada shu 370C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Depkes, 2000).
Bakteri Yersinia Pestis.
Ë Gejala Awal
Gejala awal penyakit ini mulai sesudah 2-6 hari penderita tertular penyakit yang diawali dengan demam, dingin, tidak enak badan, myalgia, nausea (mual), prostration, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Ë Penularan PES
Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis.culex iritans,Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan–hewan rodent (tikus,kelinci).
Pes pada manusia yang didapat secara alamiah terjadi karena masuknya manusia kedalam siklus zoonotik (disebut juga dengan istilah sylvatic atau rural) selama atau setelah terjadi penyebaran secara epizootic, atau masuknya binatang pengerat sylvatic atau pinjalnya yang terinfeksi kedalam habitat manusia dengan menulari tikus domestik dan kutunya.
Hal ini akan mengakibatkan terjadiya penularan pada tikus rumah berupa epizootic dan pes endemik. Hewan piaraan khususnya kucing dan anjing dapat membawa kutu hewan pengerat liar yang terinfeksi pes kedalam rumah, dan kucing kadang-kadang menularkan melalui gigitan atau cakarannya; pada kucing dapat berkembang abses pes yang merupakan sumber penularan bagi dokter hewan. Sumber paparan yang paling sering yang menghasilkan penyakit pada manusia di seluruh dunia adalah gigitan pinjal yang telah terinfeksi (khususnya Xenopsylla cheopis, kutu tikus oriental). Sumber penularan penting yang lain termasuk pada waktu penanganan jaringan binatang yang terinfeksi, khususnya binatang pengerat dan kelinci, selain juga pemakan daging; jarang sekali penularan terjadi melalui percikan udara dari penderita manusia atau kucing rumah yang menderita pes tenggorokan atau pneumonia; atau karena ceroboh pada saat menangani biakan pes di labratorium. Dalam rangka bioterorisme, bakteri pes dapat ditularkan dalam bentuk aerosol. Penularan dari orang ke orang melalui gigitan pinjal Pulex irritans, kutu manusia, diduga merupakan faktor penting penlaran penyakit ini di wilayah Andean Amerika Selatan dan di tempat lain dimana pes muncul dan pinjal ini banyak ditemukan pada hewan domestik. Jenis pekerjaan tertentu dan gaya hidup tertentu (seperti berburu, memasang perangkap, memelihara kucing dan tinggal di daerah pedesaan), meningkatkan risiko paparan.
Ë 3 Tipe Penyakit Pes
a. Pes Kelenjar (Bubonic Plague)
Kelenjar yang bengkak terisi bakteri yang tumbuh di kelenjar limfe, terutama pada bagian ketiak dan selangkangan. Bentuk ini biasaanya ditularkan pada manusia oleh pinjal yang terinfeksi. Bentuk ini menyebabkan kematian sekitar 50 % dari jumlah seluruh kasus, dan paling sering ditemukan.
Gejala yang ditimbulkan antara lain: demam tinggi, tubuh menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan nodul getah bening yang disebut “bubo”, biasanya pada kelenjar lipat paha, ketiak, dan leher (bubo sebesar buah duku bentuk oval dan lunak,serta nyeri), pembengkakan kelenjar limpa, serta serangan tiba-tiba.
b. Pes Paru-Paru (Pneumonic Plague)
Tipe ini adalah bentuk kedua yang menyerang paru-paru. Penyakit ini sangat tinggi tingkat penularannya. Basil Pes menyebar dari satu orang ke orang yang lain dalam bentuk droplet melalui air ludah, batuk, dan bersin orang yang memiliki penyakit Pes.
Masa inkubasi penyakit pes adalah 1-3 hari yang dicirikan oleh pneumonia dengan gejala demam tinggi, batuk-batuk, kotoran yang berdarah, susah bernafas/sesak nafas, dan kedinginan. Untuk jenis pes in angka kematian diatas 50-90%. Namun dengan adanya pengobatan, mortalitas hanya terjadi sekitar 5-10%.
c. Pes Aliran Darah (Septicaecenic Plague)
Penyakit pes berkembang dengan cepat dan bakteri dapat menginvasi darah, menghasilkan sakit yang serius yang disebut Septicemia Plagus (kehilangan darah karena pes).
Infeksi dapat mengakibatkan kematian bila tidak diobati dengan antibiotic. Penyakit ini berkembang mulai dari infeksi saluran darah dan kemudian menginfeksi paru-paru. Aliran darah dimasuki basil- basil Pes, menyebabkan kematian sebelum salah satu dari kedua tipe diatas bisa berkembang.
Ë Mekanisme Transmisi Penyakit PES (Port of Entry)
a. Penularan pes secara eksidental dapat terjadi pada orang – orang yang bila digigit oleh pinjal tikus hutan yang infektif. Ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja di hutan, ataupun pada orang-orang yang mengadakan rekreasi/ camping di hutan.
b. Direct contact, Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus hutan, misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana ianya terkena darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes.
c. Kasus yang umum terjadi dimana penularan pes pada orang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes.
d. Penularan pes dari tikus hutan komersial melalui pinjal. Pinjalyang efektif kemudian menggigit manusia.
e. Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans (Human flea).
f. Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau pernapasan.
Ë Pengobatan Pes
a. Untuk orang yang terpapar pes, hendaknya diberikan obat:
1) Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau.
2) Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut.
b. Untuk Penderita Pes
Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari berturut-turut.Setelah panas hilang dilanjutkan dengan pemberian :
1) Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau
2) Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.
3) Kloramfenikol sangat efektif jika digunakan sehari setelah muncul gejala dari penyakir Pes.
· Murine typhus (tifus tikus)
Tifus Rickettsia berhubungan dengan serangga, terutama kutu manusia pediculus humanus dan pinjal Xenopsylla cheopis. Serangga-serangga ini menjadi alat transportasi pathogen riketsia untuk menyebar dengan cepat ke populasi yang rentan. Baik pinjal maupun kutu manusia biasanya mempunyai sifat makan berkali-kali sehingga dapat menularkan riketsia ke beberapa inang. Bakteri Riketsia masuk dalam tubuh melalui luka gigitan dan terjadi infeksi, sedangkan Pinjal yang membawa bakteri tersebut tidak diganggu oleh bakteri murine typhus itu yang tetap hidup dalam tubuh pinjal. Murine typhus juga dinamakan " endemic typhus ".
Gejala awal penyakit terjadi 1-2 minggu sesudah digigit pinjal, kemudia penderita mengalami demam, sakit kepala, keluarnya bintik-bintik sesudah 4-7 hari dan menyebar dari punggung ke lengan, wajah, dan berkembang membengkak menjadi spora merah.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic seperti dexocycline atau chloramphenikol sebagai obat alternative. Terapi dengan elektrolit dan tambahan cairan juga penting terutama bila tekanan darah turun, terjadinya gangguan elektrolit, dan gangguan koagulasi darah.
· Tularemia
Disebabkan basil Fancisella Tularensis dan parasit cacing pita yang terdapat pada anjing dan kucing. Anak- anak bermain dengan hewan pelioharaannya bisa terinfeksi dengan kontak langsung pada pinjal yang membawa stadium infeksi cacing pita tersebut.
9. Perbedaan Pinjal Manusia dengan Kutu Manusia
Perbedaan | Pinjal Manusia | Kutu Manusia | ||
Kutu kepala | Kutu badan | Kutu Kemaluan | ||
Habitat | Hewan Peliharaan | Dikepala terutama dibagian kepala belakang dan belakang telinga. | Menempel di pakaian bagian pelipit. | - Di daerah kemaluan manusia |
Morfologi | · Tidak mempunyai sisir dan garis penebalan pada mesopleuron, · Tubuh berwarna coklat diliputi lapisan cithin, · Mulut berfungsi untuk menusuk dan menghisap. · Mata memiliki serabut. · Kaki panjang dan kuat (mampu meloncat jauh). · Abdomen terdiri dari 10-12 segmen. · Ukuran 1,5- 4 mm | · Badan berwarna putih kelabu. · Berbentuk pipih, memanjang, dan kepala yg avoid sedikit bersudut. · Thorax chitin yg segmennya bersatu. · Abdomen yang terdiri dari 9 ruas. · Mempunyai sepasang kaki kuat yg terdiri dari 5 ruas menyerupai kait · Ukuran 1-2 mm | · Badan berwarna putih kelabu. · Berbentuk pipih, memanjang, dan kepala yg avoid sedikit bersudut. · Thorax chitin yg segmennya bersatu. · Abdomen yang terdiri dari 9 ruas. · Mempunyai sepasang kaki kuat yg terdiri dari 5 ruas menyerupai kait · Ukuran 2-4 mm | · Berwarna putih keabu-abuan · Bentuknya bujur seperti kura-kura · Kepalanya segi empat · Abdomen pendek dengan bts ruas yg tidak nyata · Kuku besar dan kuat · Ukuran 0,-1,2 mm |
kemampuan | Dapat meloncat | Tidak | Tidak | Tidak |
Gambar | | | | |
10. Pencegahan
1) Obat kutu harus diberikan periodik setiap 1 bulan selama minimal 3 bulan.
2) Pembersihan secara berkala dengan insektisidal.
3) Jangan membawa anjing maupun kucing baru ke dalam rumah, kecuali bila bebas kutu.
4) Pengobatan hewan terinfeksi secara intensif.
11. Cara Pengendalian Flea
Ë Mekanis :
1. Membersihkan lingkungan yang sering ditepati hewan peliharaan, misalnya membersihkan karpet menggunakan vaccum cleaner.
2. Alas kandang anjing yang mengandung banyak pinjal bisa dibakar atau dicuci dengan sabun dan air panas.
3. Melakukan pencarian kutu secara manual oleh pemilik hewan peliharaan kemudian kutu yang didapat langsung dibunuh menggunakan kuku
Ë Kimia:
1) Pembrian bubuk insektisida pada lubang-lubang hewan pengerat dan pada jalan hewan dimana pinjal dapat berpindah pada hewan lain yang berbulu.
2) Permadani dan lantai bisa dibersihkan dengan vacuum cleaner, dan setelah itu disemprot dengan residual insekticide.
3) Memberikan Suntikan Ivermectin,
Ivermectin dapat dipergunakan untuk membasmi cacing dan ektoparasit seperti kutu (pinjal, caplak dan tungau). Sepertihalnya obat lain, ivermectin hanya membunuh cacing/kutu dewasa, tidak membunuh telurnya. Oleh karena itu diperlukan setidaknya 3 kali suntikan ivermectin dengan jarak 3-4 minggu. Injeksi ivermectin harus dilakukan dengan hati-hati pada kucing umur kurang dari 4 bulan *. Suntikan ivermectin tidak dianjurkan pada anak kucing berumur kurang dari 2 bulan, karena dapat menyebabkan keracunan dan mengganggu perkembangan ginjal. Untuk pencegahan cacing & kutu pada kucing dewasa, suntikan ivermectin dapat dilakukan 2-4 kali setiap tahunnya.
4) Obat Tetes
Obat tetes biasanya diteteskan di kulit pangkal kepala di bagian belakang, dimana kucing tidak bisa menjilat bagian tersebut. Obat tetes Frontline cukup efektif membasmi kutu/pinjal selama 1 bulan. Agar tuntas sebaiknya diulang 1 bulan kemudian. Untuk pencegahan, pemberian obat tetes dapat dilakukan 2-3 kali setahun. seperti Accurate, Revolution dan Frontline.
5) Shampoo anti kutu
Shampoo anti kutu cocok digunakan pada anak kucing berumur kurang dari dua bulan yang belum dapat diobati anti kutu lainnya. Beberapa pemilik kucing dewasa juga lebih menyukai cara ini karena selain dapat membasmi kutu/pinjal, juga membuat kucing lebih bersih. Pada saat memandikan, sebaiknya shampoo digunakan dua kali. Basahi rambut kucing secara merata, tambahkan shampoo secara merata, bersihkan dan bilas dengan air (air hangat). Kemudian setelah bersih tambahkan kembali shampoo, ratakan, biarkan + 5-10 menit baru kemudian dibersihkan. Setelah bersih keringkan dengan handuk dan hairdryer. Agar tuntas sebaiknya mandi shampoo anti kutu diulang dua minggu kemudian. Setelah itu, untuk tujuan pencegahan, pemberian shampoo dapat dilakukan 1 bulan sekali.
6) Kalung Anti Pinjal
Cara kerja kalung anti pinjal ada dua yaitu pertama mengeluarkan gas beracun yang mampu membunuh pinjal; kedua adalah bahan kimia yang terkandung dalam kalung dapat meresap ke lapisan lemak kulit sehingga kutu yang menghisap darah dibagian tersebut dapat mati. Namun, gas beracun yang terkandung dalam kalung hanya mampu membunuh kutu yang ada di daerah leher dan punggung sehingga kurang efektif. Pemakaian kalung pinjal biasanya hanya untuk 5-6 bulan.
7) Bedak dan Semprotan Anti Pinjal
Hanya efektif membasmi kutu dewasa saja, dan melindungi hewan peliharaan hanya selama 2-3 hari saja.
8) Pengobatan di area tertentu
Biasanya menggunakan produk merek-merek seperti: Advantage, Frontline, dan Bio-spot. Menggunakan secukupnya di bagian pundak anjing dan mampu membuat hewan peliharaan bebas dari pinjal selama 1 bulan. Hanya membasmi kutu dewasa saja.
9) Obat Minum
Pill anti pinjal seperti Program dan Sentinel, mencegah larva keluar dari telur. Bila seekor telur kutu betina menghisap darah anjing yang telah minum obat ini, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan bisa menetas, obat ini tidak memberantas kutu dewasa.
Ë Biologi :
1) Dapat dengan menggunakan semut yang dapat memakan telur yang terjatuh di lantai.
2) Kumbang kecil yang merupakan predator dari pinjal baik yang telur maupun yang dewasa.
3) Menggunakan daun sirih yang direbus, kemudian air rebusannya dimandikan ke hewan peliharaan agar pinjal yang ada di hewan tersebut mati.
12. Hasil Diskusi
1. Bagaimana kita bisa mengetahui flea berada pada karpet atau tubuh hewan peliharaan? dan pengendalian secara nyata bagi perkembangan telur agar tidak menjadi dewasa?
Jawab: kita dapat mengetahui flea tersebut berada pada tubuh hewan yaitu biasanya hewan yang berkutu biasanya akan sering garuk-garuk dan gelisah, ketika kita melihat keanehan pada hewan peliharaan kita segera periksa sarang atau karpet tempat istrahat hewan tersebut apakah terdapat telur, biasanya telur pinjal berwarna hitam dan berbentuk seperti pasir.
Pengendalian secara nyata yang mencegah telur agar tidak menjadi dewasa adalah dengan memberikan obat Pill anti pinjal seperti Program dan Sentinel, yang mencegah larva keluar dari telur. Bila seekor telur kutu betina menghisap darah anjing yang telah minum obat ini, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan bisa menetas, obat ini tidak memberantas kutu dewasa.
2. Flea Allergy Dermatitis (FAD) biasanya menyerang anjing, apakah manusia juga dapat mengalami FAD?
Jawab: Iya, namun tergantung pada reaksi hipersensitivitas tubuh manusia yang digigit, apakah dapat menimbulkan alergi. Disamping itu juga tergantung pada daya tahan tubuh manusia yang digigit dan jumlah pinjal yang menggigit.
3. Mencegah pinjal dengan menggunakan daun sirih, apa yang terkandung didalam daun sirih tersebut?
Jawab: Daun sirih merupakan tumbuhan yang mengandung antibiotic, sehingga dapat mengobati luka yang disebabkan oleh gigitan pinjal yang menyebabkan gatal. Penggunaan pencegahan atau pengendalian secara biologi ini, dengan cara merebusnya terlebih dahulu, kemudian aer hasil rebusan yang masih hangat disiramkan atau dimandikan pada hewan peliharaan, bau yang dihasilkan dapat membuat pinjal mabuk dan terjatuh atau mati, namu cara ini hanya untuk pinjal dewasa.
4. Pada siklus pinjal ketika menjadi larva, apakah larva mengkonsumsi makanan? Dan jika makan apa yang di konsumsi oleh pinjal tersebut?
Jawab: ketika pinjal berada pada siklus larva, ia tetap mengkonsumsi makanan, namun bukan darah karena habitat larva masih diluar inang/hewan peliharaan. Larva hidup dengan cara mengkonsumsi dari segala macam parasit kecil dan sisa-sisa organic, yaitu dari kotoran pinjal atau darah kering, kulit-kulit mati.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Wildan. 1985. Biologi Jilid 2. Bandung: Tarsito.
L.A, Juni Prianto, dkk. 2003. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sembel, Dantje T. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Anonym. Tanpa tahun. Bab II Tinjauan Pustaka. [serial online] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/jtptunimus-gdl-s1-2008-abdulmutho-483-3-bab2.pdf BAB 2 (9 february 2011)
Santi, Devi Nuraini. 2004. Pemberantasan Arthopoda Yang Penting Dalam Hubungan Dengan Kesehatan Masayrakat. [serial online]
(9 february 2011)
Artikel Kesehatan. 2009. Waspadai Kutu Pinjal pada Hewan Peliharaan Anda. [serial online]. http://pietklinik.com/wmview.php?ArtID=5 (9 februari 2011)
Shulammite. 2010. Obat Kutu Pinjal anjing. [serial online].
http://pomerian.blogspot.com/2010/11/obat-kutu-pinjal-anjing.html (9 februari 2011)
Riyanto. 2009. Kutu loncat pinjal (flea) dan caplak (tick). [serial online] http://www.nusantaraku.org/forum/dog-forum/53553-kutu-loncat-pinjal-flea-dan-caplak-tick.html (9 february 2011)
Anonim. 2008. Pengendalian Vektor Penular Penyakit Di Pelabuhan [Serial Online]. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2534977378.pdf (08 Februari 2011).
Anonim. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Penyakit Pes [Serial Online]. http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-pes.html (08 februari 2011).
Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jenderal Ppm&Pl. 2000. Petunjuk Pemberantasan Pes Di Indonesia. [Serial Online]. Http://Www.Penyakitmenular.Info/Userfiles/Pes.Pdf. (08 Februari 2011).
Google Gambar Flea
0 komentar:
Posting Komentar