RSS

Halaman

Pengelolaan Limbah Logam

1.        Pengertian
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Istilah logam biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar, tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair. Jadi, Sampah logam adalah sesuatu yang tidak diinginkan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia yang mengandung unsure-unsur kimia dalam bentuk padat maupun cair.

2.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah
a.         Jumlah penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.
b.        Sistem Pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan dengan truk.
c.         Pengambilan bahan-bahan yg ada pada sampah untuk dipakai kembali.
Metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.
d.        Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau dataran rendah.
e.         Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah perhari bervariasi menurut waktu.
f.         Faktor sosial, ekonomi, dan budaya
Contoh : adat-istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.
g.        Kebiasaan masyarakat
Contoh : kebiasaan mengkonsumsi minuman kaleng.
h.        Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.
i.          Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin komplek pula macam dan jenis sampahnya.

3.        Jenis-jenis Sampah Logam
Jenis sampah logam yang ada bisa berbentuk padat, cair, maupun gas. Jenis-jenis sampah logam ini berasal dari kegiatan rumah tangga sampai industri.
3.1  Sampah logam berbentuk padat
            Sampah logam yang berbentuk padat meliputi :
a.         Rumah tangga : kaleng makanan, peralatan masak dari besi, dll.
b.        Industri : misal dari industri perbengkelan, contohnya sisa onderdil, mur/skrup, bekas ceceran pengelasan, potongan besi, dll.
c.         Rumah sakit : jarum suntik, pisau bedah, wadah bertekanan seperti kaleng aerosol, dll.
d.        Perkotaan : bermacam-macam bisa dari perumahan, pemukiman, hotel, atau kantor seperti kaleng bekas, potongan besi/seng, paku, dll.
3.2  Sampah logam berbentuk cair dan gas
            Jenis sampah logam berbentuk cair ini lebih banyak terdapat pada hasil limbah suatu industri yang mengandung unsur-unsur kimia yang meliputi :
1.        Merkuri (Hg)
Merkuri yang telah dilepas kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan. Berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh badan survey geologi di Amerika Serikat pada tahun 1974, dapat diketahui konsentrasi merkuri di lingkungan sebagai berikut.
Dalam sungai:
Dari penelitian yang dilakukan terhadap perairan ditemukan konsentrasi logam merkuri dalam variasi yang sangat luas, yaitu:
Ø  65% contoh mengandung < 104 ppm
Ø  15% contoh mengandung < 10-3 ppm
Ø  3% contoh mengandung < 5.10-3 ppm
Dalam udara:
Ternyata kondisi dari lokasi pengambilan sampel udara untuk pengujian kandungan merkuri ditemukan konsentrasi yang variatif.
Ø  Dekat penambangan Hg, didapatkan merkuri dengan kisaran konsentrasi 9.105 ppm
Ø  Dekat penambangan Cu, didapatkan merkuri dengan kisaran konsentrasi 4.105 ppm
Ø  Pada lokasi udara yang tidak mengandung deposit ditemukan merkuri pada konsentrasi sekitar 10-5 ppm
Semua contoh pada penelitian yang dilakukan diambil pada ketinggian 400 kaki dari permukaan tanah.
2.        Kadmium (Cd)
Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan, selain dalam air buangan.hal yang paling menarik adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sumber dari beberapa logam berat diantaranya Cd dalam paparan Teluk New York, dimana data hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sumber Cd dalam perairan yang kontribusi dari air limbah industri sangat sedikit, yaitu 0,6% dari total kandungan Cd yang ada. Dalam perairan kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan.
Logam atau persenyawahan Cd yang terdapat di udara dalam bentuk partikulat, akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan yang telah menyerap partikulat-partikulat Cd itu akan mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerap zat besi yang sangat dibutuhkan oleh klorofil.

3.        Cromium (Cr)
Dalam perairan Cr dapat masuk melalui 2 cara, yaitu secara alamiah dan nonalamiah. Masuknya Cr secara alamiah dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada batuan mineral. Disamping itu debu-debu dan partikel Cr yang di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukan Cr yang terjadi secara nonalmiah lebih merupakan dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber Cr yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga.
Sumber utama dari masuknya Cr ke lapisan udara dari suatu strata lingkungan adalah dari pembakaran dan mobilisasi batu bara dan minyak bumi. Serupa halnya dengan logam-logam berat terdahulu, khromium di dalam strata udara ditemukan dalam bentuk debu dan atau partikulat-partikulat. Debu-debu atau partikulat-partikulat Cr yang ada dalam strata lapisan udara tersebut, akan dapat masuk ke dalam tubuh hewan dan manusia ketika berlangsungnya kegiatan respirasi. Partikel-partikel atau debu-debu Cr yang telah terhirup manusia lewat rongga hidung, mengikuti jalur-jalur respirasi sampai ke paru-paru untuk kemudian akan berikatan berikatan dengan darah di paru-paru sebulum dibawa darah ke seluruh tubuh.                                                                                                                
4.        Tembaga (Cu)
Secara alamiah, Cu masuk ke dalam badan perairan sebagai akibat dari peristiwa erosi atau pengikisan bantuan mineral dan melalui persenyawahan Cu di atmosfir yang dibawa turun oleh air hujan. Melalui jalur alamiah ini, Cu yang masuk ke badan perairan diperkiran mencapai 325.000 ton per tahun. Aktivitas manusia, seperti buangan industri, pertambangan Cu, industri galangan kapal dan bermacam-macam aktivitas pelabuhan lainnya merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam perairan. Biasanya jumlah Cu yang terlarut dalam badan perairan laut adalah 0,002 ppm sampai 0,005 ppm. Bila dalam badan perairan laut terjadi peningkatan kelarutan Cu, sehingga melebihi nilai ambang yang seharusnya, maka akan terjadi peristiwa “biomagnifikasi” terhadap biota-biota perairan.
Sumber-sumber dari keberadaan debu atau uap Cu di udara sangat banyak. Namun yang terpenting diantaranya adalah yang berasal dari industri peleburan bijih Cu dan pengelasan logam-logam yang mengandung Cu. Hal ini disebabkan kedua kegiatan tersebut merupakan pekerjaan yang paling banyak melepaskan debu dan uap Cu ke udara melibatkan garam-garam Cu atau logam, seperti pekerjaan laboratorium tidak begitu banyak melepaskan debu atau uap Cu ke udara.
5.        Timbal (Pb)
Pb (timah hitam/timbal) dan persenyawahannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara alamiah Pb masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk ke dalam perairan. Pb yang masuk ke dalam badan perairan sebagai dampak dari aktvitas manusia ada bermacam bentuk. Diantaranya adalah air buangan dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada anak-anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Badan perairan yang telah terkontaminasi dengan Pb dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan. Konsentrasi Pb pada 188mg/l, dapat membunuh ikan.
            Emisi Pb ke dalam lapiasan atmosfir bumi dapat berbentuk gas dan partikulat. Emisi Pb yang masuk dalm bentuk gas, terutama sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasing samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Pb yang merupakan hasil samping dari pembakaran ini berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk pada mesin-mesin kendaraan. Di samping itu, dalam bahan bakar kendaraan bermotor biasanya ditambahkan pula bahan scavenger, yaitu etilendipromida (C2H4Br2) dan etilendikhlorida (C2H4C12). Senyawa ini dapat mengikat residu Pb yang dihasilkan setelah pembakaran, sehingga di dalam gas buangan terdapat senyawa Pb dengan halogen. Bahan aditive yang biasa dimasukkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari 62% tetraetil-Pb, 18% etilendikhlorida, 18% etilendibromida dan sekitar 2% campuran tambahan dari bahan-bahan yang lain. Jumlah senyawa Pb yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa lain dan tidak terbakar musnahnya Pb dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan pada analisis yang pernah dilakukan, dapat diketahui kandungan bermacam-macam senyawa Pb yang ada dalam asap kendaraan bermotor.

4.        Pengelolaan Limbah Cair dan Gas
            Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization.
1)        Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
o    menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
o    mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o    mendestruksi organisme patogen
o    memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
o    mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
2)        Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.

5.        Proses Pengelolaan Sampah Logam Padat
Manusia menghasilkan sampah dalam kegiatan sehari-hari. Sampah yang dihasilkan bisa berupa sampah organik dan sampah anorganik. Dalam tingkat masyarakat, sampah yang dihasilkan dari aktifitas masyarakat lebih banyak dan lebih komplek jenisnya daripada tingkat individu seperti sampah kaleng, logam dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu proses pengelolaan sampah, terutama bagi sampah logam agar nantinya sampah tidak menjadi permasalahan di masyarakat.
Proses pengelolaan sampah logam dimulai dari pemulung yang memilah-milah sampah dari TPA yang merupakan benda yang tak berguna lagi oleh masyarakat. Pemulung tersebut kemudian memberikan hasil memilah-milah sampahnya ke pengumpul. Pengumpul kemudian memilah-milah sampah menurut jenisnya seperti memisahkan jenis kaca, plastic, atau logam. Setelah itu pengumpul memberikan kepada pengepul yang mana pengepul ini hanya mempunyai jenis sampah khusus misalnya jenis sampah logam seperti kaleng susu kental, drum-drum bekas, tutup botol, dan lain sebagainya yang sejenis. Pengepul ini memilah-milah lagi apakah jenis logam tersebut masih layak dipakai atau tidak. Apabila sampah-sampah logam yang layak pakai akan dibedakan lagi sesuai ukuran dan jenisnya. Sebaliknya sampah-sampah logam yang tidak layak pakai akan dikemas yang kemudian diangkut kembali ke pabrik pengolahan logam.
Gambar 1. Bagan Proses Pengelolaan Sampah Logam

6.    Pengelolaan Sampah Logam
            Pengelolaan sampah logam berdasarkan jenis-jenisnya mempunyai penanggulangan yang berbeda-beda .
4.1    Sampah Logam Padat
Pengelolaan sampah logam ini bisa dilakukan dengan menerapkan 3 R yaitu Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), dan Recycle (daur ulang).
1.        Reduce
Pengurangan sampah logam dengan mengurangi penggunaan logam dalam kegiatan sehari-hari.
2.        Reuse
Penggunaan produk lebih dari satu kali untuk tujuan penggunaan yang sama. Contoh : Kaleng cat yang digunakan kembali sebagai tempat paku.
3.        Recycle
Pengumpulan dan pemrosesan ulang untuk diolah dan digunakan kembali. Contoh: pemanfaatan kaleng susu atau permen yang dirubah bentuk dan fungsinya menjadi tempat pensil atau celengan yang unik dengan aneka gambar lucu.
aluminum_Can_Cars_17.JPGart_24639.jpgcelengancrop3.jpgtas11
Gambar 2. Produk Hasil Daur Ulang (Recycle)

7.        Manfaat Daur Ulang Sampah
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari segi pengelolaan sampah yang tertangani dengan secara efektif dan efisien, yaitu:
a.       Manfaat bagi produsen, diantaranya:
1.        Menghemat sumber daya alam
Pemanfaatan sampah logam, secara tidak langsung dapat menghemat penggunaan bahan logam seperti besi, seng, aluminium, dll. Hal ini dapat mengurangi eksploitasi unsur tersebut yang berlebihan.
2.        Meningkatkan nilai ekonomi
Pendaur-ulangan sampah logam menjadi produk layak pakai kembali mempunyai nilai ekonomi tersendiri secara tidak langsung bagi pengumpul, pengepul dan pabrik pengolah sampah logam tersebut.
b.   Manfaat bagi masyarakat, diantaranya:
1.   Meningkatkan kesejahteraan pengelola kebersihan dan pemulung
Pengelola kebersihan dan pemulung memperoleh tambahan pendapatan dari hasil pengeloaan kebersihan dan pengumpulan sampah logam.
2.        Memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah
Keikutsertaan pengelola kebersihan dan pemulung mampu memberdayakan masyarakat sebab masyarakat tidak memandang sampah sebagai sampah semata tetapi sebagai bahan yang bernilai ekonomis.
c.   Manfaat bagi lingkungan, diantaranya:
1.  Menghemat lahan pembuangan sampah
Pemanfaatan sampah logam dapat menghemat lahan pembuangan sampah. Hal ini berarti tidak membutuhkan tempat yang luas untuk penampungan sampah logam tersebut karena dengan didaur-ulang dapat mengurangi jumlah sampah yang harus diolah di TPA.
2.        Membentuk lingkungan yang asri
Pemanfaatan sampah logam sebagai sumber penghasilan yang bernilai ekonomis  dapat memberikan nilai guna bagi sampah logam tersebut. Sehingga, sampah logam tidak dijumpai lagi di lingkungan sekitar yang dapat mencemari lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Mukono, HJ. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press.
Candra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Putra, Satria Sutardi . 2010. Mobil Mini hasil daur ulang kaleng bekas [Serial Online].http://satriasputra.blogspot.com/2010/05/mobil-mini-hasil-daur-ulang-kaleng.html

Anonim. 2011.Kerajinan Daur Ulang Kaleng Bekas [Serial Online]. http://bisnisukm.com/kerajinan-daur-ulang-kaleng-bekas.html.

Anonim. 2011. Pengertian dan Macam macam Limbah atau Sampah [Serial Online].http://www.g-excess.com/id/pengertian-dan-macam-macam-limbah-atau-sampah.html

Kon. 2009. 10 tas daur ulang kreatif  [Serial Online].

http://ruangnol.wordpress.com/2009/04/30/10-tas-daur-ulang-kreatif/.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar