TINJAUAN PUSTAKA
1. Latar belakang Pembuatan Briket Sampah
Semakin hari jumlah timbunan sampah khususnya sampah organik semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan lingkungan tercemar dan memperbesar peluang terjadinya bencana banjir. Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka sampah organik harus diolah menjadi bentuk lain yang lebih bermanfaat agar jumlah timbunan sampah dapat berkurang. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah sampah organik adalah dengan membuat briket dari sampah organik.
Di tengah-tengah terbatasnya bahan bakar minyak pada saat ini, briket dapat digunakan untuk keperluan bahan bakar alternatif. Selain bahannya mudah didapatkan dan cara membuatnya juga mudah, harga bahan-bahannya pun relatif murah sehingga golongan masyarakat menengah ke bawah pun bisa menggunakannya.
Menurut (Suprihatin, 1999), sampah terdiri dari 2 jenis berdasarkan asalnya, yakni Sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah ini dapat diolah menjadi briket
Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau bahan-bahan yang berasal dari proses industri seperti plastik dan aluminium. Sampah ini tidak dapat diolah menjadi briket dan cara menanganinya dengan menggunakan metode 3 R, yakni reduce, reuse, dan recycle.
2. Definisi Briket
Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan untuk memasak. Briket merupakan sumber energi alternatif dan atau pengganti bahan bakar minyak dan atau kayu yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan dengan metode yang mengkonversi bahan baku padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien dan mudah untuk digunakan (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006).
Salah satu upaya untuk mengatasi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak ialah melalui bahan bakar alternatif, seperti briket. Briket adalah padatan yang umumnya berasal dari limbah pertanian. Sifat fisik briket tidak kompak, tidak keras, dan tidak padat, seperti serbuk gergaji dan sekam (tim penukis penebar swadaya, 2008).
Briket merupakan hasil dari pengolahan limbah atau sampah padat, namun hanya sampah yang bersifat degradable yang hanya dapat dijadikan sebagai briket, artinya hanya smpah yang mudah hancur yang dapat dijadikan briket. Briket sudah sering ditemui di lingkungan dan dikenal sebagai arang, namun kebanyakan briket yang ada di masyarakat adalah briket yang berasal dari kayu dan batu bara, sebab disamping masyarakat belum memahami bahwa briket ini sebenarnya dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku, misalnya; tempurung kelapa, kotoran sapi, eceng gondok, kulit kacang, dan sampah organik (misalnya; dedaunan, ranting, serasah, jerami).
3. Manfaat Briket
Briket sampah berguna dalam membantu mengatasi permasalahan dalam pengolahan sampah khususnya sampah organik, yakni mengurangi jumlah timbunan sampah. Selain itu, sejalan dengan semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil / minyak bumi, maka diharapkan briket dapat menjadi alternatif bahan bakar bagi masyarakat sekaligus mengurangi konsumsi yang tinggi dari minyak bumi.
Keuntungan lainnya adalah briket sampah bisa disimpan, sehingga musim hujan tiba sementara daun dan ranting menjadi lembab, maka ada alternatif bahan bakar yang murah, relatif mudah pembuatannya, dan tidak memakan waktu yg lama. Daya panas yang dihasilkan dari pembakaran briket sampah ini pun juga tidak kalah dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah. Kemampuan penyebaran bara apinya juga cukup baik, tidak mudah padam, dan tidak memerlukan tenaga ekstra untuk pengipasan. Volume asap yang dikeluarkan tidak sebanyak yang dihasilkan kayu bakar atau minyak tanah.
4. Macam-macam Briket
Briket sebenarnya dapat dibuat dari beberapa bahan baku yang diusahakan dapat menunjang fungsi briket, artinya briket dapat dibuat dari bahan apa saja, namun hingga saat ini Briket yang pernah ditemui di tengah masyarakat dan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
· Briket batu bara; briket ini sering ditemui di lingkungan masyarakat pada umumnya karena briket ini merupakan briket yang pertama digunakan sebelum ditemukannya briket dari bahan baku lainnya.
Gambar briket batu bara
· Briket arang; briket ini dibuat dari bahan baku kayu, terkadang masyarakat menggunakannya dalam bentuk arang hasil pembakaran kayu tanpa diproses menjadi briket.
Gambar briket arang
· Briket kotoran sapi; briket ini didapat dengan melakukan pembakaran pada kotoran sapi, sebenarnya dapat diganti dengan kotoran yang lainnya, misalnya kotoran kambing.
Gambar briket kotoran sapi
· Briket serbuk gergaji; selama ini serbuk gergaji hasil proses pemotongan kayu tidak dimanfaarkan dan hanya dibuang atau dibakar begitu saja, padahal serbuk gergaji ini masih mengikat energi, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif dengan pembuatan briket arang.
Gambar briket serbuk gergaji yang dibakar
· Briket kulit kacang;
kulit kacang dapat juga digunakan sebagai briket, sebab tekstur dari kulit kacang yang menyerupai tekstur kayu ataupun tekstur tempurung kelapa, hal ini yang menyebabkan kemampuan kulit kacang dalam menimbulkan energi panas dapat dijadikan sebagai bahan baku briket.
Gambar briket kulit kacang
· Briket sampah; sampah organik dapat digunakan sebagai briket, yakni seperti dedaunan, dan ranting.
Gambar briket sampah
· Briket jerami; jerami yang dapat dijadikan briketadalah jerami yang berasal dari sisa panen yang telah kering. Karena jerami merupakan materi yang dapat terbakar dengan mudah dan ketika ia hangus ia langsung dapat hancur. Oleh sebab itu sangat bagus dijadikan briket dan dapat mengurangi limbah pertanian yang pengelolaannya akan menghasilkan briket yang dapat bernilai ekonomi.
· Briket tebu; Briket ini merupakan salah satu sumber energi alternatif dengan memanfaatkan limbah pertanian. Kegunaan / manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan briket sampah ini diantaranya :
a) mengurangi tumpukan panenan tebu,
b) mengurangi pembakaran sampah tebu yg tdk terkendali yg mengakibatkan kerusakan ekosistem biotik lahan tebu,
c) menyediakan bahan baku untuk keperluan energi rumah tangga / petani,
d) membantu persiapan pemanfaatan lahan & penanaman berikutnya.
· Briket eceng gondok; Kelompok usaha briket bio power di Cihampelas, Bandung telah mengusahakan pemanfaatan tanaman eceng gondok menjadi bahan bakar alternatif. Selain ramah lingkungan, briket dari eceng gondok lebih harum dan sedikit asapnya.
· Briket tempurung kelapa: sering kita temui para pedagang es degan, penjual makanan yang menggunakan santan kelapa. Untuk pengelolaan limbah tempurung kelapa yang susah hancur ketika ia masih utuh, perlu dijadikan barang yang sangat bermanfaat. Selain dapat dijadikan kerajinan tangan, tempurung kelapa dapat dijadikan bahan baku briket, bahkan seisi tempurung tersebut keseluruhannya dapat dijadikan briket baik tempurungnya yang keras, maupun sabut kelapa, ataupun cangkok luar kelapa tersebut. Bahkan nyala api yang dihasilkannya pun juga sangat bagus untuk memasak.
5. Proses Pembuatan Briket
Ø Siapkan bahan baku yang akan dijadikan briket, pisahkan bahan baku yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan ukurannya, bahan baku yang akan dijadikan briket jangan dicampur. Diharapkan pada saat pembakakaran, kualitas arang yang dihasilkan dapat mencapai standart atau hasil yang diinginkan, serta pada proses pengarangan dapat matang secara bersama-sama, jadi hasil dari pembakaran tidak akan variasi,misalnya ada beberapa yang sudah menjadi arang hitam, beberapa yang lainnya masih berupa materi utuh, hal itu adalah hal yang tidak diinginkan karena akan memperlambat proses sebab bahan yang belum matang secra sempurna tadi akan dibakar lagi.
Bahan baku seperti; dedaunan, jerami, ranting-ranting, kemudian dijemur terlebih dahulu sebelum dibakar.
Ø Proses kedua adalah proses pembakaran, dimana proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan tong, tangki, atau kaleng kue “khong guan” yang pada penutupnya diberi suatu pipa yang dialirkan kedalam distilator.
Gambar Rangkaian proses pembakaran materi bahan baku briket
Distilator merupakan ruang yang berisi air yang berfungsi merendam pipa asap agar asap dapat diembunkan dan menjadi asap cair yang memiliki kandungan antimikrobia dan antioksidan, sehingga secara keseluruhan proses ini tidak mengeluarkan zat berbahaya seperti karbon, oleh sebab itu proses ini dinamakan sebagai proses distilasi non-karbonasi.
Pada pembakaran ini diharapkan bahan baku cukup hanya menjadi arang saja, jangan sampai menjadi abu, setelah menjadi arang kemudian bahan disiram dengan air hingga dingin, tujuannya adalah untuk melapukkan bahan baku tersebut agar memudahkan dalam proses peleburannya.
Ø Proses ketiga adalah proses penghalusan atau peleburan materi. Proses ini dapat dilakukan secara manual atau dapat juga menggunakan mesin pencetak briket yang sudah dilengkapi dengan alat penghancur atau penggiling materi arang tersebut. Secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan “alu” penumbuk beras.
Proses peleburan atau penghalusan materi yang dilakukan secara manual
Ø Pada proses keempat adalah proses pencampuran adonan. Pada proses ini arang yang menjadi halus dicampur dengan tepung tapioka/lem kanji dengan perbandingan 1:4 atau 25% dari keseluruhan adonan, adonan kemudian dicampur dengan arang tempurung kelapa dengan kadar 10% dari seluruh adonan. Ada dua macam perbedaan proses, apabila pembuatan briket menggunakan mesin pencetak briket, pencampuran adonan dapat langsung dilakukan pada saat proses peleburan materi yang dimasukkan bersama dengan materi campuran. Namun apabila pembuatannya secara manual, panampuran adonan dapat dilakukan dengan menguleni.
Gambar pengulenan adonan secara manual
Ø Proses kelima adalah pencetakan briket, pencetakan briket dapat dilakukan dengan menggunakan mesin atau juga dapat secara manual. Apabila menggunakan dapat dilakukan dengan memasukkan adonan pada mesin pencetak briket, mesin pencetak briket ini pun ada yang sederhana dan ada yang modern. Pada mesin manual, adonan dimasukkan ke dalam cetakan kemudian ditekan dengan kuat dengan memampatkan/mengunci mesin pencetak, sedangkan pada mesin pencetak modern kita tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk menginci/memampatkan karena mesin ini bekerja secara otomatis.
Mesin pencetak briket sederhana Mesin pencetak briket modern yang dilengkapi dengan mesin penggiling arang
Sedangkan pada pencetakan briket secara manula dapat dilakukan dengan menggunakan media tabung bambu yang berlubang dua sisinya dan ukurannya sudah disesuaikan, atau dapat menggunakan paralon. Pencetakannya yaitu dengan memadatkan adonan kedalam cetakan dan tekan dengan kuat sehingga adonan dapat menjadi padatan kemudian salah satu sisinya diberi dorongan agar padatan dapat keluar dari cetakan dan terbentuk secara sempurna.
Ø Pada tahap akhir, briket yang telah dicetak kemudian dikeringkan dengan proses penjemuran di bawah sinar matahari langsung, apabila kondisi atau temperatur panas dapat memungkinkan, briket dapat kering selama ± 2 hari, namun apabila cuaca atau kondisi tidak memungkinkan maka proses pengeringan briket ini dapat berlangsung hingga lebih dari 1 minggu. Mengapa harus menggunakan matahari langsung? Sebab yang dibutuhkan dalam proses penjemuran tersebut tidak hanya kondisi kering secara fisik saja yang dibutuhkan, namun juga sinar matahari dapat menyerap unsur hara dan mengeringkan sisa-sisa jasad renik yang terkandung di dalam bahan baku briket tersebut sehingga briket tidak dapat membusuk. Serta tujuan pengeringanbriket ini agar dalam penggunaannya briket dapat mencapai energi panas karena kandungan air yang terkandung dalam briket sudah ter-evaporasi oleh panas matahari.
Gambar proses penjemuran briket
6. Penggunaan Briket
Briket biasanya digunakan menggunakan kompor khusus briket. Semua jenis briket menggunakan kompor yang sama, artinya tidak ada spesifikasi bahwa tiap jenis briket memiliki tiap jenis kompor.
Dalam pemakaiannya, briket yang harus dikeringkan atau terlebih dahulu karena briket yang tersimpan lama bisa mlempem. Kompor briket di desain berbeda dengan kompor minyak tanah ataupun kompor gas. Kemudian briket yang telah kering dan sudah dijemur dimasukkan ke dalam kompor briket tanpa direndam terlebih dahulu dengan minyak tanah sebab briket sendiri memiliki kemampuan panas dan tahan lama. Penggunaan minyak tanah pada briket hanya untuk mempercepat pencapaian panas pada pembakaran briket, dan itupun penggunaan hanya sedikit saja. Karena briket membutuhkan waktu hingga waktu 20 hingga 30 menit untuk dapat menciptakan energi panas. Oleh sebab itu sedikit minyak tanah akan membantu percepatan pencapaian energi panas.
Briket yang telah benar-benar kering dan siap untuk digunakan lalu diletakkan ke dalam kompor briket dan langsung dapat dibakar. Api yang dihasilkan oleh briket berbeda-beda tergantung setiap jenis bahan bakunya. Seperti pada briket bubuk gergaji, apinya tidak kelihatan sedangkan pada briket arang lebih cenderung api menimbulkan asap. Energi panas yang dihasilkan oleh api yang menyala dari briket dapat bertahan hingga 6 jam secara terus menerus tanpa dikipasi.
Gambar jenis kompor briket
7. Kelemahan Briket
· Briket memiliki kemampuan yang sangat lama untuk dapat mencapai panas yang dibutuhkan untuk memasak, yakni sekitar 20 hingga 30 menit. Sehingga membutuhkan bantuan minyak tanah, namun hanya beberapa tetes saja.
· Meski tidak berbahaya, briket lebih banyak menghasilkan asap daripada minyak tanah,sehingga dapat menimbulkan sesak, namun tetap saja tidak berbahaya karena tidak mengandung bahan yang berbahaya seperti karbon (C), metana (CH4).
· Briket pertama kali dibakar, tidak begitu terlihat nyala apinya sehingga membuat konsumen sering mengira bahwa briket belum menyala sehingga mereka terus m,enambahkan bahan seperti minyak tanah, dan hal itu dapat berbahaya ketika api mulai membesar dan konsumen baru menyadari.
· Briket yang telah terbakar tidak akan dapat mati jika tidak sampai habis menjadi arang, apalagi jika konsumen dalam sekali memasak menggunakan beberapa briket dan itu akan memebutuhkan waktu yang lama juga untuk mematikannya. Akibatnya konsumen sering menggunakan air untuk menyiramnya, yang kemudian menyebabkan briket tidak dapat digunakan kembali karena briket telah mlempem, atau bahkan ada yang hancur.
8. Pemanfaatan Asap Cair
Pengolahan dan pemanfaatan sampah organik menjadi briket arang dan asap cair yang dilakukan di Yogyakarta menggunakan peralatan yang memiliki bagian dapur pirolisis dan distilasi sampah organik sehingga dapat diperoleh asap cair yang juga memiliki beberapa manfaat. Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Industri Pangan
Dalam industri pangan, asap cair dapat menjadi pengawet karena sifat antimikrobia dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung dapat dihindarkan. Perlu dicatat bahwa pengasapan tradisional mempunyai banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak bisa dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya dapat dihindari.
2. Industri perkebunan
Asap cair dapat digunakan sebagi koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti anti jamur , anti bakteri dan antioksidan. Hal tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.
3. Industri Kayu
Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap, sehingga akan memperpanjang usia kayu.
PENUTUP
A. Tanya – Jawab
1. Dari ke 4 macam briket yang telah dijelaskan, yang mana yang paling efisien? Selain itu apakah pemerintah sudah memiliki perhatian terhadap briket?
2. Apakah tidak bau kalau kita menggunakan briket kotoran sapi?
3. Mengapa briket membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mencapai panas?
4. Jelaskan manfaat dari asap cair?
5. Mengapa asap cair tersebut dapat memberi rasa dan aroma yang spesifik?
6. Mengapa harus diberi minyak tanah pada saat menyalakan briket tebu?
Jawaban
1. Briket tebu merupakan briket yang lebih efisien karena cara membuatnya sangat mudah, harganya relative murah, dan bahan bakunya mudah didapatkan. Selain itu tebu sangat sering dijumpai pada sebagian besar wilayah Indonesia. Sayangnya saat ini usaha dari pemerintah untuk mengembangkan pengelolaan briket masih belum ada. Padahal briket sangat bermanfaat di tengah-tengah keterbatasan bahan bakar minyak seperti saat ini.
2. Kotoran sapi yang akan dijadikan briket nantinya pasti akan mengalami proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara terus menerus, sehingga baunya lama kelamaan akan menghilang.
3. Karena briket merupakan hasil dari pemadatan materi, maka partikel yang terdapat dalam briket pun berikatan sangat kuat, terlebih lagi pada proses pembuatannya dicampur dengan adonan tepung tapioka, sehingga menyebabkan briket sangat keras. Hal itulah yang menyebabkan udara yang berfungsi sebagai konduktor panas tidak dapat menembus partikel briket yang sangat padat sehingga briket masih membutuhkan waktu lama untuk dapat mencapai pemanasan yang senpurna.
4. Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Industri Pangan
Dalam industri pangan, asap cair memberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung dapat dihindarkan. Perlu dicatat bahwa pengasapan tradisional mempunyai banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak bisa dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya dapat dihindari.
b. Industri perkebunan
Asap cair dapat digunakan sebagi koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti anti jamur , anti bakteri dan antioksidan. Hal tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.
c. Industri Kayu
Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap, sehingga akan memperpanjang usia kayu.
5. Karena asap cair mengandung antimikroba dan antioksidan. Secara logika sebenarnya asap cair yang dihasilkan dari briket sampah tidak dapat digunakan sebagai pemberi rasa dan aroma, karena untuk pemanfaatan asp cair yang akan digunakan sebagai pemberi rasa dan aroma, akan digunakan bahan baku tersendiri sesuai dengan fungsi dari asap cair tersebut. Misalnya: pada pembuatan parfum, yang diproses dalam pembakaran bukan sampah seperti bahan baku briket, melainkan bahan-bahan yang memang dijadikan bahan baku parfum seperti; bunga, sirih, keningar. Jadi untuk pemanfaatan asap cair briket hanya dapat sebagai bahan pengawet dan pelapis kayu anti rayap. Selain itu, jika memang tidak dapat dimanfaatkan, briket dapat langsung dibuang karena ia tidak akan membahayakan karena tidak mengandung bahan yang berbahaya dan lagipula dari sekian kilo bahan baku yang dibakar hanya akan menghasilkan beberapa tetes asap cair saja.
6. Minyak tanah digunakan untuk membantu proses nyala api, ia tidak berperan sebagai faktor utama untuk penggunaan briket, karena briket memiliki kemampuan mencapai panas 20-30 menit, maka agar dapat dipercepat waktu panasnya, dibantu oleh beberapa tetes minyak tanah. Setelah briket sudah panas, ia malah justru dapat lebih tahan lama daripada minyak tanah, yaitu 6 jam secara terus menerus tanpa dikipasi. Selain itu harus juga diberikan tambahan serbuk-serbuk kulit kelapa / daun kelapa yang telah kering agar bahan-bahan tadi dapat terserap oleh minyak tanah sehingga proses nyala api dapat dipercepat.
B. Kesimpulan
· Briket merupakan pengelolaan yang berbasis lingkungan masyarakat karena terjangkau, pembuatannya dapat dilakukan dengan sederhana, dan mudah.
· Briket dapat bernilai ekonomi, karena dapat dujadikan sebagai bahan energi alternatif pengganti minyak gas.
· Proses pembuatan briket yang bersifat distilasi non-karbonasi menjadikan briket ramah lingkungan, tidak mengandung bahan berbahaya ketika di bakar, hasil asap cairnya pun dapat dimanfaatkan.
· Selain terdapat keuntungan, briket juga memiliki beberapa kelemahan.
C. Saran
· Kini masyarakat sudah memilki energi alternatif, diharapkan semakin banyak konsumen.
· Sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat, diharapkan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan Lingkungan terus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Tanpa nama. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Tim Penebar Swadaya.