RSS

Halaman

Kelam

Sahabat Bayangan

Perlahan akhirnya baru aku sadari setelah begitu banyak percikan air yang meloncat ke arah wajahku. Air-air bau yang keluar dari mulut-mulut mereka. Mereka adalah orang-orang hebat, sahabat-sahabatku.....
Setidaknya mereka masih menganggap keberadaanku, meski aku tak layak untuk diperlakukan baik oleh mereka. Ya.... memang itu salahku, aku tidak menyalahkan mereka, karena sebuah kesalahpahaman.

Beberapa tahun aku menjalani kehidupan di dunia kampus ungu, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Hiruk-pikuk yang naik-turun, pasang-surut, kembang-kempis. Awalnya terasa hangat saat aku pertama menginjakkan kaki di kampus ini.
Memang ini pilihanku, tapi kesempatan mendapatkan perlakuan hangat dari teman-teman adalah anugerah untukku. Teman-teman yang sangat baik, lemah lembut dan penuh kasih sayang, itu yang aku rasakan saat itu. Perasaan ini benar-benar berbeda dengan adaptasiku saat pertama bertemu dengan teman-teman sekolahku dulu. Dan itu benar-benar berubah dengan suasana saat ini. Hari ini adalah puncak dari luka yang tergores dari beberapa penghianatan dan ketidaksangkaan terhadap sahabat-sahabatku yang dulu telah hilang, dan kuanggap mati, biarkan aku flashback!
Aku adalah anak perempuan dari keluarga yang termasuk berada di desaku. Aku berasal dari desa yang bisa dibilang sudah agak modern, namun masih kental dengan persoalan-persoalan yang memang cenderung hanya dirasakan oleh orang desa. Saat aku pertama masuk kuliah dulu, orang tuaku sangat bahagia. Jika aku ingat itu, aku akan tersenyum dengan haru dan setengah perih.
Awal aku masuk ke kampus, banyak perasaan yang terus menjadi bayangan-bayangan dengan terus berlarian didalam isi kepalaku, “Apakah aku akan diterima oleh teman-temanku?”. “Apakah aku bisa mengimbangi orang-orang yang akan menjadi relasiku?”. Begitu bayak pertanyaan-pertanyaan tidak jelas. Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan mereka dalam satu ruangan, itu adalah awal aku bertemu dengan orang-orang itu.
Sungguh kejutan, pertanyaan itu justru langsung melebur. Orang-orang yang selama ini aku takuti justru mereka dengan lapang enerimaku, dengan hangat melambaikan tangan untukku, aku benar-benar merasa beruntung memiliki mereka.
Tahun pertama sudah aku jalani, meski beberapa hal tidak aku inginkan, misalnya adalah IP-ku kurang bagus. Tetapi karena motivasi dan dukungan dari teman-temanku, aku memiliki urat yang kuat untuk menyangga kelemahanku. Mereka benar-benar hebat!
Tahun kedua, sedikit demi sedikit teman-temanku mulai terbuka bahkan dengan hal yang pribadi sekalipun. Aku benar-benar memiliki keluarga, dengan mereka aku tahu banyak hal dan memilki segalanya. Namun semua itu perlahan terkikis dengan bayaknya persoalan-persoalan yang sangat meyakitkan bagiku.
Aku mulai peka dengan adaptasi lingkunganku, akupun juga mulai merasakan bahkan sekecilpun masalah yang terjadi diantara orang-orang disekitarku. Sahabat yang pasang surut bersikap padaku, akupun sebenarnya sudah merasakan hal itu, tapi aku mohon pada hatiku sendiri untuk tidak beranggapan bahwa “Sahabatku tidak seperti itu!”.
Kesalahanku adalah kini aku mulai peka dan aku mulai jahat karena terlalu memikirkannya. Satu per satu watak-watak baik mulai aku rasakan dengan penuh, perlahan tapi sangat menyakitkan. Hati-hati sekali aku memikirkan dan menyambungkannya seperti puzzle, dan bayak kesimpulan yang aku dapatkan. Aku mulai merasa cerdas, tapi aku bodoh!
Tersenyum, tertawa, dan tutur kata lembut, semua itu ternyata hanyalah bayangan. Tidak ada teman dan tidak ada kawan, yang ada hanya bayangan. Bayangan itu hanya tahu bagaimana cara berjalan lurus, bagaimana menghempaskan lawan dan kawan, aku hanya bisa berkata “Astagfirloh.....”.
“Itu salahmu!”, “Kamu tahu apa??”, “Kamu gak bisa apa-apa!”, “Kamu cuma bikin pusing!”, Terimakasih telah bayak memperhatikanku. Sahabatku.... aku anggap kalian sebagai bayangan yang sebentar-sebebtar berjalan disekitarku dan sewaktu-waktu akan melukaiku, aku sudah terlanjur sakit dengan semua perkataan dan pikiran-pikiran prediksi kalian yang menurut kalian benar dan aku yang salah. Aku akui kalian memang lebih berderajat dariku yang hanya orang desa yang masih mencoba meronta mencari jalan jatidiri untuk merubah nasib. Terimakasih atas segala ajaran kalian yang membuatku belajar bahwa hidup itu memang kejam. Tapi sesuatu yang harus kalian tahu bahwa “Aku punya Allah...”, dia yang membalas setiap kekejaman dari mulut-mulut busa kalian, terimakasih para sahabat bayanganku, terimakasih banyak, aku akan terus belajar dari perlakuanmu, agar aku dapat bertahan hidup sampai aku nanti akan melihat bagaimana kalian sudah lelah dengan hidup kalian.
Aku sangat menyayangi kalian sebagai manusia, tapi kalian perlahan meninggalkanku, bukan aku yang menhianati kalain, tapi kalian yang mencoba menipu wajah kalian sendiri terhadapku. Aku tidak menginginkan kita bisa kembali seperti dulu, aku tahu sebenarnya ada banyak hal yang aku miliki yang menurutku tidak pantas aku miliki, karena aku terlalu banyak memiliki kekurangan, tapi aku bahagia memiliki hidup, meski keluargaku juga sama seperti kalian, akupun juga bersyukur memiliki nafas yang dapat mengalirkan kehidupan diantara darah dan dagingku.
Semuanya hanya palsu, yang asli hanya aku dan Tuhanku. Aku memang munafik dengan kenyataan itu, tapi aku hanya yakin bahwa memang Tuhanku hanya mengujiku melalui kalian. Terimakasih banyak kalian telah menjadi bayangan yang selalu menghantuiku dan menjadi boneka atas Tuhanku......
Keputusasaanku suatu saat akan menjadi pengalaman terbaik untuk kalian, sampai kalian menutup mata kalian dari kehidupan fana ini......

Kim Sassyfarahdila,

(catatan ini aku sampaikan untuk sahabat-sahabatku yang aku sayangi, akan menjadi cerita diantara kita jika sampai nanti kita masih diberi kesempatan bertemu kembali) 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar