RSS

Halaman

Ancylostoma duodenale


1.      Gambaran Umum
Ancylostoma sp. merupakan cacing kait kelas Nematoda yang umum ditemukan pada anjing dan kucing. Ada lima species Ancylostoma  yang umum menyerang pada saluran pencernaan, yaitu antara lain: Ancylostoma caninum, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma tubaeformae dan Ancylostoma duodenale. Ancylostoma caninum yang umumnya terdapat pada usus halus anjing, rubah, srigala, anjing hutan dan karnivora liar lainnya diseluruh dunia. Ancylostoma braziliense terdapat pada usus halus anjing, kucing dan berbagai karnivora liar lainnya. Ancylostoma ceylanicum terdapat pada usus halus anjing, kucing, dan karnivora lain bahkan pada manusia. Ancylostoma tubaeformae merupakan cacing kait pada kucing. Ancylostoma duodenale ditemukan pada usus halus manusia, primata tingkat rendah dan kadang-kadang pada babi. A. duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan.
Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah  yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform. Setelah cacing tersebut menetas dari telurnya, muncullah larva rhabditiform yang kemudian akan berkembang menjadi larva filarifor.
Cacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan. Penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di tanah yang menembus kulit (biasanya di antara jari-jari kaki), cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.



Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies
A. duodenale   

           
2.      Distribusi Geografis
Ancylostoma duodenale terdapat di semua bagian dunia terutama pada daerah lembab yaitu pada daerah tropis dan sub tropis. Kondisi kelembaban sedang dengan suhu berkisar 23 – 33 °C merupakan kondisi optimal untuk daya tahan larva Ancylostoma duodenale sehingga cacing Ancylostoma duodenale dapat bertahan hidup. Ancylostoma duodenale banyak ditemukan di daerah tropika Asia dan Afrika, Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Di Indonesia terdapat pada daerah pedesaan sekitar 40%, terutama perkebunan.

3.      Habitat
Cacing Ancylostoma duodenale parasit dalam usus manusia. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. 

Gambar 1. Ancylostoma duodenale dalam mukosa usus
 
4.      Morfologi
Ancylostoma duodenale merupakan cacing berwarna merah yang memiliki sepasang gigi dari kitin pada mulutnya (bagian anterior) sehingga dapat melekat dan melukai dinding usus inangnya. Ancylostoma duodenale dewasa memiliki bentuk berbentuk seperti huruf C atau S. Cacing dewasa berbentuk kecil dan silindris. Cacing jantan berukuran 5–11 mm x 0,3–0,45 mm, sedangkan cacing betina 9–13 mm x 0,35–0,6 mm Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, sedangkan cacing jantan memiliki panjang sekitar 0,8 cm. Setiap ekor Ancylostoma duodenale betina dapat menghasilkan 10.000–20.000 telur setiap harinya. Telur cacing yang dihasilkan terdiri dari satu lapis dinding yang tipis dan adanya ruangan yang jelas antara dinding dan sel di dalamnya.
Gambar 2. Bagian anterior Ancylostoma duodenale
yang memiliki kait


Gambar 3. Ancylostoma duodenale betina (kiri) posterior melengkung,
Ancylostoma duodenale jantan (kanan) ujung posterior lurus
5.      Siklus hidup
Daur hidup cacing tambang (Ancylostoma duodenale) adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja.  
  • Telur cacing tambang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalam telur cacing tambang terdapat beberapa sel larva rabditiform yang panjangnya kurang lebih 250 mikron
  • Setelah keluar bersama tinja maka setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform
  • Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit manusia. Larva filariform dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron.   
  • Setelah menembus kulit, larva ikut bersama aliran darah dan pembuluh getah bening. menuju ke jantung dan dilanjutkan ke paru-paru. 
  • Di paru-paru larva menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus. Peristiwa ini disebut infeksi aktif. 
  • Sekitar satu minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus dan di dalam usus larva menjadi cacing dewasa yang akan menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah kembali. 
  • Cacing betina bertelur di usus halus dan telur akan keluar bersama dengan feses. 
  • Selain dengan cara infeksi aktif, dapat pula terjadi infeksi pasif yaitu bila kista (larva berdinding tebal) tertelan bersama makanan. 
  • Infestasi melalui mulut, larva akan tertelan kemudian masuk ke dalam kelenjar lambung atau kelenjar lieberkuhn usus halus. 
  • Kemudian larva kembali ke lumen usus, berkembang menjadi larva stadium 4 kemudian dewasa dalam usus halus. Selain itu infeksi prenatal (sebelum lahir; melalui uterus/ plasenta) dan transmammaria (melalui susu induk) juga dapat terjadi.
6.      Mekanisme transmisi
Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang buang air besar (BAB) di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit kaki dan cacing tambang juga dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke mulut.
 
Cara Penularannya
  1. Larva menembus kulit kaki
  2. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
  3. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk mengisap darah.

7.      Sumber infeksi/ hospes reservoir
Manusia merupakan penjamu primer untuk cacing ini. Morbiditas infeksi cacing tambang terutama terjadi pada anak-anak. Manusia mendapat infeksi dengan cara tertelannya larva filariform ataupun dengan cara larva filariform menembus kulit. Manusia merupakan satu-satunya hospes defenitif dari cacing tambang ini. Tetapi sebagian primata tingkat rendah dan kadang-kadang pada babi juga disebutkan sebagai hospes dari cacing tambang ini.

8.      Penyakit
Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit ankilostomiasis (Ancylostomiasis). Setiap ekor cacing Ancylostoma duodenale akan menyebabkan manusia kehilangan 0,08-0,34 cc darah per hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan anemia pada manusia. Cacing ini menghisap darah inang, sehingga inang akan mengalami anemia (kekurangan darah).

9.      Patofisiologis dan gejala klinis
a.       Patofisiologis
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia hipokrom micrositer) dan menimbulkan eosinofilia. akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Selain itu, cacing Ancylostoma duodenale dapat menyebabkan membran mukosa pucat dan lemah. Terjadi penyumbatan usus akibat infeksi saluran usus dan apabila berkelanjutan bisa terjadi kematian.
b.      Gejala klinis
Gejala klinik dapat ditimbulkan cacing dewasa atau larva dari cacing Ancylostoma duodenale. Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh Ancylostoma duodenale :
1)      Bila larva infektif menembus kulit dapat terjadi gatal-gatal dan dermatis,
2)      Bila jumlah larva infektif yang masuk banyak , maka dalam beberapa jam saja akan terjadi reaksi alergi terhadap cacing yang menimbulkan warna kemerahan, berupa panel yang dapat menjadi vesikel. Reaksi ini disebut “ground itch”.
3)      Gatal-gatal sekitar anus,
4)      Perut akan membuncit, terjadi diare dan dalam kotoran kadang-kadang bercampur darah,
5)      Muntah,
6)      Oedema,
7)       Tubuh kurus, pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kusam,
8)      Dapat menimbulkan kekurangan darah sampai 0,34 cc per hari. Akibatnya, terjadi anemia dan penderita akan tampak pucat, lesu, lemah, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, rentan terhadap penyakit serta kerja menurun.

10.      Diagnosis dan Terapi
a.       Diagosis
Untuk mendiagnosis penyakit ancylostomiasis banyak cara dan tehnik yang digunakan yaitu:
1)      Memeriksa tinja segar dengan membuat sediaan langsung (direct smear). Untuk pemeriksaan ini sebaiknya jangan diambil tinja yang sudah kering atau yang lama (lebih dari 24 jam) karena telur cacing tambang dalam tinja yang agak basah dalam waktu itu akan menetas dan sukar diidentifikasi.
2)      Cara yang dianjurkan internasional adalah cara Kato Katz, yaitu sediaan tinja ditutup dan diratakan dibawah “cellophane tape” yang sudah direndam dalam larutan hijau malachit (malachite green) supaya dapat efek penjernihan (clearing).
3)      Pemeriksaan tinja dilakukan dilaboratorium menggunakan mikroskop yaitu dengan metode sedimentasi/sentrifuge dan prosedur pemeriksaan tinja rutin (Sasmita, 1976).
4)      Pemeriksaan tinja dibiarkan dalam beberapa jam, maka telur akan mengeram dan menetaskan larva.
b.      Terapi
      Pengobatan cacing pada penderita ancylostomiasis perlu untuk dilakukan. Pengobatan pertama dilakukan pada umur 2-4 minggu, diulang 3-4 minggu kemudian, diulang lagi sampai umur 2-3 bulan. Pada umur 3-6 bulan doibati lagi, dan selanjutnya diobati secara teratur setiap 3-6 bulan sekali.
Ancylostomiasis dapat menimbulkan anemia pada penderita. Gejala anemia yang ditimbulkan akibat ancylostomiasis dapat diatasi dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus yang berat perlu dilakukan transfusi darah. Setelah kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacing tambang. Obat untuk cacing tambang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya. Obat-obat lain yang digunakan untuk mengatasi ancylostomiasis yaitu:
·         Mebendazol
      Dosis 2 X 100 mg sehari diminum pada saat makan pagi selama 3 hari
      Contoh obat: Vermox dan Vemoran
·         Thibendazol
·         Piperazia
      Dosis sekaligus 3 gr sehari
      Contoh obat: Antepar dan Bekacitrin
·         Pirvinium
·         Pirantel
      Dosis sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg, ½ - 2 tablet menurut usia (10 mg/kg)
      Contoh obat: Combantril dan Phyrantin
·         Niklosamida
      Contoh obat: Yomesan

12.      Usaha-usaha pencegahan
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit cacingan:
  1. Membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum memakan sesuatu agar bibit penyakit tidak masuk melewati mulut,
  2. Membiasakan memotong kuku agar bibit penyakit yang ada dalam kuku-kuku yang kotor dapat hilang dan tidak masuk kedalam mulut melewati tangan. Kuku sebaiknya selalu dipotong pendek untuk menghindari penularan cacing dari tangan ke mulut (Srisasi Gandahusada, 2000:30),
  3. Membiasakan mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah dimasak matang serta bersih dan menghindari mengkonsumsi bahan-bahan mentah untuk menghindari larva cacing,
  4. Membiasakan membersihkan jamban dan mengkondisikan jamban agar tetap bersih dan jauh dari sumber air minum untuk menghindari kontaminasi larva cacing pada air serta menghindari infeksi melalui jamban kotor,
  5. Membiasakan buang air besar di jamban dan tidak membiasakan membuang air besar di tanah untuk menghindari infeksi larva cacing melalui kaki.
  6. Mengurangi pemakaian tinja sebagai pupuk kebun untuk mengurangi penyebaran infeksi penyakit.
  7. Menghindari infeksi dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.
  8. Pengawasan lebih baik lagi pada lingkungan fisik, biologis, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia,
  9. Menjaga kebersihan badan dan kebersihan lingkungan,
  10. Bimbingan, pengarahan tentang higiene perorangan dan sanitasi lingkungan kepada pelajar dan masyarakat dalam upaya menurunkan prevalensi penyakit cacingan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

"Hanif" mengatakan...

Terimakasih kim, berguna bgt buat tugas sekolah :D

Posting Komentar